Bisnis.com, JAKARTA — Para astronom telah menemukan tiga planet layak huni di sekitar bintang. Para ilmuan menamakan planet tersebut Tata Surya 2.0.
Planet itu berjarak hanya 35 tahun cahaya. Uniknya, planet tersebut mempunyai hal mirip dengan yang ditemukan di Tata Surya kita.
Planet itu mempunyai dunia laut, planet dengan setengah massa Venus dan kemungkinan planet di zona layak huni bintang.
Dilansir dari forbes, Selasa (10/8/2021) astronom di Pusat Astrobiologi di Madrid, Spanyol, dan salah satu penulis studi Astronomy & Astrofisika, María Rosa Zapatero Osorio menjelaskan Tata Surya 2.0 adalah planet yang ada di zona layak huni.
"Planet di zona layak huni mungkin memiliki atmosfer yang dapat melindungi dan mendukung kehidupan," jelasnya
Jika temuan di sekitar bintang yang dijuluki L 98-59 dan TOI-175 bisa menjadi tanda hal-hal yang akan datang untuk astronomi modern. Itu karena menampung planet berbatu, seperti Bumi atau Venus yang cukup dekat dengan bintang untuk menjadi hangat. Sehingga makhluk hidup bisa bertahan di sana.
Seorang peneliti di Instituto de Astrofísica e Ciências do Espaço, Universitas Porto di Portugal dan penulis utama studi baru tersebut, Olivier Demangeon mengatakan pihaknya telah mengejar planet terestrial sejak kelahiran astronomi.
“Sekarang kita akhirnya semakin dekat dengan deteksi planet terestrial di zona layak huni bintangnya, di mana kita bisa mempelajari atmosfernya," ujarnya.
Infografis ini menunjukkan perbandingan antara sistem planet ekstrasurya L 98-59 (atas) dengan bagian dalam Tata Surya (Merkurius, Venus, dan Bumi), menyoroti kesamaan di antara keduanya.
L 98-59 berisi empat planet berbatu yang dikonfirmasi mengorbit bintang kerdil merah 35 tahun cahaya. Planet yang paling dekat dengan bintang ini memiliki massa sekitar setengah massa Venus, menjadikannya planet ekstra surya paling ringan yang pernah terdeteksi menggunakan teknik kecepatan radial.
Hingga 30% dari massa planet ketiga bisa berupa air, menjadikannya dunia lautan. Keberadaan planet keempat telah dikonfirmasi, tetapi para ilmuwan belum mengetahui massa dan ukuran jari-jarinya.
Tim juga menemukan petunjuk tentang potensi planet kelima yang terjauh dari bintang, namu tim baru tahu sedikit tentang hal itu. Jika dikonfirmasi, itu akan berada di zona layak huni sistem di mana air cair bisa ada di permukaannya. Jarak dari bintang-bintang dan antara planet-planet di infografis tidak sesuai skala. Diagram telah diskalakan untuk membuat zona layak huni di Tata Surya dan di L 98-59 bertepatan.
Seperti yang ditunjukkan oleh infografis, yang mencakup skala suhu (dalam Kelvin [K]), Bumi dan planet kelima (belum dikonfirmasi) di L 98-59 menerima jumlah cahaya dan panas yang sama dari masing-masing bintang.
Dengan asumsi atmosfer mereka serupa, planet kelima ini akan memiliki suhu permukaan rata-rata yang sama dengan Bumi dan akan mendukung air cair di permukaannya.
Studi tentang atmosfer planet ekstrasurya sangat penting karena dapat mengungkapkan keberadaan tanda-tanda biologis seperti oksigen dan metana yang mungkin dianggap sebagai bukti ilmiah kehidupan masa lalu atau sekarang. Namun, teleskop saat ini tidak memiliki resolusi untuk mempelajarinya.
Akan tetapi, karena sistem L 98-59 relatif dekat dengan Bumi, para peneliti dapat menggunakan instrumen ESPRESSO pemburu planet ekstrasurya di Very Large Telescope (ESO's VLT) milik European Southern Observatory (ESO) di Chil. Dan di masa depan mungkin dapat kembali ke temuan mereka dengan Teleskop Sangat Besar (ELT) yang akan datang ketika menjadi cahaya pertama pada tahun 2027.
Apa yang telah ditemukan para peneliti sejauh ini tentu saja menempatkan L 98-59 pada daftar yang harus dilakukan untuk semua teleskop besar.
Dari semua temuan, mencari tahu massa planet terdekat dengan bintang mungkin yang paling penting.
“Jika kita ingin tahu planet itu terbuat dari apa, minimal yang kita butuhkan adalah massa dan jari-jarinya,” kata Demangeon.
L 98-59 dipastikan akan dipelajari oleh James Webb Space Telescope (JWST), yang akan diluncurkan pada Oktober tahun ini. Teleskop ruang angkasa 6-ton senilai $9,7 miliar memiliki cermin utama dengan diameter 21 kaki/6,5 meter.
Teleskop ini terdiri dari 18 segmen cermin heksagonal berilium berlapis emas, dan akan memiliki resolusi sensitivitas inframerah yang jauh lebih baik dibandingkan dengan Hubble. Dan resolusi yang jauh lebih besar daripada teleskop berbasis darat mana pun.