Studi IBM: Work From Home Bikin Perusahaan Beralih ke Cloud

Newswire
Minggu, 8 Agustus 2021 | 11:17 WIB
Ilustrasi work from home/istimewa
Ilustrasi work from home/istimewa
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – IBM Security melalui hasil studi globalnya menyatakan bekerja jarak jauh atau dari rumah work form home (WHF) mendorong perusahaan untuk semakin beralih ke komputasi awan (cloud).

Salah satu faktor yang mendorong peralihan tersebut adalah faktor risiko keamanan siber yang lebih terjamin serta efisiensi biaya.

Dikutip dari Antara, Minggu (8/8/2021), laporan IBM menemukan faktor-faktor ini memiliki dampak signifikan pada respons pelanggaran data. Hampir 20 persen organisasi yang diteliti melaporkan bekerja jarak jauh mendorong aksi pelanggaran data, yang pada akhirnya merugikan perusahaan US$4,96 juta.

Perusahaan dalam penelitian yang mengalami pelanggaran selama proyek migrasi cloud telah menelan biaya 18,8 persen lebih tinggi dari rata-rata.

Namun, penelitian ini juga menemukan bahwa mereka yang lebih maju dalam strategi modernisasi komputasi awan secara keseluruhan (tahap mature) mampu mendeteksi dan merespons insiden dengan lebih efektif. Rata-rata 77 hari lebih cepat daripada mereka yang berada dalam adopsi tahap awal.

Di saat peralihan TI tertentu selama pandemi meningkatkan biaya pelanggaran data, organisasi yang mengatakan bahwa mereka tidak mengimplementasikan proyek transformasi digital apapun untuk memodernisasi operasi bisnis mereka selama pandemi sebenarnya mengeluarkan biaya pelanggaran data yang lebih tinggi.

Perusahaan mengetahui adopsi pendekatan keamanan nol kepercayaan (zero trust) memiliki posisi yang lebih baik untuk menangani pelanggaran data.

Pendekatan ini beroperasi dengan asumsi bahwa identitas pengguna atau jaringan itu sendiri mungkin sudah tersusupi, dan sebaliknya mengandalkan AI dan analitik untuk terus memvalidasi koneksi antara pengguna, data, dan sumber daya.

Organisasi dengan strategi nol kepercayaan yang matang menelan biaya pelanggaran data rata-rata sebesar US$3,28 juta – atau US$1,76 juta lebih rendah daripada mereka yang tidak menerapkan pendekatan ini sama sekali.

Laporan tersebut juga menemukan bahwa lebih banyak perusahaan yang menerapkan otomatisasi keamanan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yang mengarah pada penghematan biaya yang signifikan.

Sekitar 65 persen perusahaan yang disurvei melaporkan mereka telah menerapkan otomatisasi sebagian atau penuh dalam lingkungan keamanan mereka, dibandingkan dengan 52 persen dua tahun lalu.

Organisasi-organisasi dengan strategi otomatisasi keamanan yang diterapkan penuh menelan biaya pelanggaran rata-rata US$2,90 juta, sedangkan organisasi yang tidak memiliki otomatisasi menelan lebih dari dua kali lipat biaya tersebut, yaitu US$6,71 juta.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper