Bisnis.com, JAKARTA — Satelit yang ada saat ini dinilai sudah dapat digunakan untuk mendukung perangkat Internet of Things (IoT).
Indonesia belum terlalu membutuhkan satelit khusus IoT, kecuali ada kebutuhan mendesak terhadap penggunaan antena berukuran kecil untuk menggerakan perangkat IoT di suatu kawasan.
Ketua Umum Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) Hendra Gunawan mengatakan IoT dan satelit berada pada ranah yang berbeda. IoT berada pada ranah platform sedangkan satelit berada pada ranah konektivitas.
IoT dapat dikombinasikan dengan satelit untuk konektivitas, sebagaimana IoT dikombinasikan dengan teknologi konektivitas lainnya sepert layanan seluler. Oleh sebab itu, Hendra beranggapan bahwa peran satelit khusus IoT masih dapat digantikan oleh satelit yang ada saat ini.
“Satelit jenis apapun dapat digunakan untuk konektivitas IoT dengan keunggulan cakupan layanan yang luas tanpa blankspot serta andal, sehingga tidak harus ada satelit khusus IoT,” kata Hendra kepada Bisnis, Selasa (27/7).
Adapun tantangan dalam menggunakan satelit yang sudah ada untuk IoT, kata Hendra, perangkat yang besar dan instalasi perangkat yang rumit.
Satelit saat ini memerlukan perangkat dengan diameter antena lebih dari 1 meter untuk menjaga agar tidak terjadi interferensi dengan satelit lain. Tidak hanya itu, pemanfaatan untuk IoT juga membutukan teknisi khusus dalam instalasi perangkat, karena pemasangannya tidak mudah.
Hendra mengatakan jika kebutuhan perangkat yang kecil dan mudah instalasi adalah suatu yang keharusan untuk mengimplementasikan IoT, maka opsi penggunaan satelit IoT yang umumnya menggunakan pita frekuensi rendah (L-band) menjadi mendesak.
“Kalau pakai satelit biasa harus menggunakan antena parabola dengan diameter lebih dari 1 meter, kalau Satelit IoT tidak perlu antena parabola, tetapi pake antena omni, (berbentuk kecil dan tegak lurus,” kata Hendra.