Bisnis.com, JAKARTA – Pasar ponsel pintar (smartphone) di Indonesia diyakini masih didominasi oleh vendor China pada kuartal kedua 2021. Sebab, terdapat empat merek dari ponsel China yang sudah dikenal dengan baik di pasar Tanah Air.
Pendiri dan pemerhati gawai dari komunitas Gadtorade Lucky Sebastian mengatakan produk China seperti Xiaomi, OPPO, Vivo, dan realme masih akan mendominasi dikarenakan keempat pemain rajin merilis produk baru dan memberikan harga yang kompetitif.
“Hal tersebut juga dilakukan oleh pemain untuk meningkatkan jumlah pelanggan dengan strategi branding, yaitu mengejar jumlah pengapalan sehingga membuat merek mereka lebih dikenal. Menjadi nomor satu dari sisi kuantitas penjualan penting bagi mereka,” katanya, Rabu (21/7/2021).
Berdasarkan laporan Canalyst, di tingkat global Samsung meraih peringkat pertama dengan pangsa pasar 19 persen dalam pengapalan pada kuartal kedua 2021 dengan pertumbuhan tahunan sebesar 15 persen.
Untuk posisi kedua, Xiaomi memiliki pangsa pasar sebesar 17 persen pengapalan pada kuartal II/2021 dengan pertumbuhan tahunan sebesar 83 persen. Disusul, Apple dengan pangsa pasar pengapalan sebesar 14 persen dan pertumbuhan tahunan 1 persen.
Posisi OPPO dan Vivo berada di posisi keempat dan kelima dengan pangsa pasar pengapalan masing-masing 10 persen untuk kedua perusahaan. Adapun, OPPO mengalami 28 persen pertumbuhan tahunan. Sedangkan, Vivo sebesar 27 persen.
Lucky melanjutkan, dibandingkan dengan Samsung dan Apple, harga jual rata-ratanya ponsel pintar asal China masing-masing sekitar 40—75 persen lebih murah sehingga masih menjangkau daya beli masyarakat yang masih dalam kategori lemah.
Setali tiga uang, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menaksir posisi pasar ponsel di Indonesia tidak akan banyak berubah tidak hanya pada kuartal II/2021, tetapi hingga akhir tahun ini.
Menurutnya, hal tersebut karena pandemi dan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat penjualan menjadi lebih stagnan sehingga tidak ada yang bisa mengubah keadaan secara drastis.
“Ini mirip perlombaan F1 di Monaco di mana pemain yang berada di garis start pertama akan memenangkan lomba, karena pemain sangat sulit menyalip lawan di track yang sempit atau keadaan pandemi Covid-19 ini,” ujar Heru.
Heru meyakini masing-masing pemain kesulitan untuk meningkatkan persentase pengapalan produknya di Indonesia sepanjang kuartal II/2021. Bahkan, peningkatannya akan sulit menembus angka 10 persen.