Tim Peneliti: GeNose C19 Tidak Ditarik Izin Edarnya selama PPKM Darurat

Amanda Kusumawardhani
Rabu, 7 Juli 2021 | 12:02 WIB
Calon penumpang kereta api mengembuskan nafasnya ke dalam kantong untuk dites Covid-19 dengan GeNose C19 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Kamis (4/2/2021)./Antara-Muhammad Adimaja
Calon penumpang kereta api mengembuskan nafasnya ke dalam kantong untuk dites Covid-19 dengan GeNose C19 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Kamis (4/2/2021)./Antara-Muhammad Adimaja
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Tim GeNose C-19 menegaskan bahwa sampai saat ini GeNose masih digunakan di fasilitas publik pada berbagai sektor di masyarakat.

Pernyaaan ini sekaligus meluruskan informasi bahwa GeNose C19 resmi dilarang digunakan sebagai syarat perjalanan transportasi bahkan ditarik izin edarnya.

“Banyak berita negatif dan bahkan cenderung tidak benar soal GeNose yang harus diluruskan kepada publik,” kata Juru Bicara Tim GeNose, dr. M. Saifudin Hakim, dikutip dari keterangan resminya, Rabu (7//2021).

GeNose C19 disebut resmi dilarang sebagai syarat perjalanan untuk seterusnya. Informasi tidak benar itu merupakan kesimpulan sepihak atas kebijakan PPKM Darurat mulai 3 – 20 Juli 2021 yang tidak memasukkan GeNose sebagai syarat melakukan perjalanan selama PPKM Darurat.

Izin edar GeNose C19 juga masih berlaku sehingga tidak ada alasan untuk melakukan pelarangan penggunaan GeNose C19 di masyarakat.

Kesempatan tidak digunakannya GeNose C19 di beberapa moda transportasi digunakan oleh Tim Peneliti dan Pengembang GeNose untuk menambah data varian baru virus Covid-19.

Uji Validasi Eksternal masih dijalani oleh GeNose C19. Hal itu akan membantu hidung elektronik mengendus terduga Covid-19 dengan lebih akurat pada situasi penggunaan riil di lapangan.

“Akurasi GeNose sampai saat ini masih di angka 93-94 persen dan akan terus kita tingkatkan,” imbuh Hakim.

Menurutnya, penambahan data varian baru Covid-19 akan semakin memperkuat Artificial Intelligence (AI) dan akurasi GeNose C19. GeNose C19 justru harus semakin terus digunakan pada situasi riil agar semakin cerdas.

“GeNose C19 ini ibarat hidung sekaligus otak elektronik. Jika keduanya dilatih terus secara serempak, kita akan memiliki teknologi inovatif yang praktis, simpel, dan tepat,” katanya.

Saat ini GeNose C19 juga masih tetap dipergunakan sebagai alat skrining di berbagai sektor dan kegiatan, antara lain perkantoran, kampus, pondok pesantren, dan korporasi.

“Operator GeNose C19 ini tidak akan rugi memiliki GeNose C19. Ke depannya, GeNose C19 bisa kita kembangkan untuk mendeteksi penyakit-penyakit terkait pernapasan lainnya, tidak hanya Covid-19. Hanya dengan mengganti otaknya itu tadi,” jelas Hakim.

Hakim juga menepis keraguan masyarakat terhadap kemampuan GeNose C19 mendeteksi kemungkinan Covid-19 pada pengguna.

 “Data kami menunjukkan bahwa  GeNose C19 mampu mendeteksi terduga pengguna positif Covid-19 pada koridor perjalanan,” tuturnya.

Data itu mencerminkan tingkat persentase positif sebanyak 9 persen (positivity rate) pada populasi calon pejalan yang tanpa gejala atau merasa sehat. Angka tersebut mendekati rata-rata tingkat positif nasional setinggi 14 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper