Foodtech Bisa Tumbuh 35 Persen saat PPKM Darurat Asal Lakukan Ini

Akbar Evandio
Senin, 5 Juli 2021 | 06:37 WIB
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Ilustrasi startup./olpreneur.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan berbasis teknologi kuliner (foodtech) diprediksi mampu tumbuh 26—35 persen selama kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang diterapkan pemerintah pada 3 —20 Juli 2021.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan pada kuartal III/2021 volume transaksi bisnis foodtech akan terpacu oleh layanan pesan antar makanan yang tumbuh signifikan.

Menurutnya, kelas menengah yang sedang di rumah akan menggunakan aplikasi pesan antar makanan yang selaras dengan peningkatan bisnis dari pemain teknologi kuliner.

“Ini bisa meningkat lagi kalau ditambah promo dan diskon dari pihak aplikator. Proyeksinya tumbuh 26—35 persen tahun ini karena adanya PPKM darurat,” katanya, Minggu (4/7/2021).

Namun, Bhima mengatakan terdapat tantangan yang perlu untuk diantisipasi setiap pemain yang mana diharuskan adanya perubahan layout dari strategi yang diterapkan restoran selama ini.

Menurutnya, restoran yang masih mempertahankan skema makan di tempat (dine-in) harus merubah secara total menjadi layanan pesan antar makanan.

“Jadi, untuk ruang dine-in menjadi tempat antrian khusus kurir food delivery. Kemudian ada juga fasilitas cloud kitchen atau dapur berbagi bisa dicoba juga buat pemain baru yang mau manfaatkan penjualan makanan selama PPKM darurat,” katanya.

Berdasarkan laporan Food for Thought: Evolution of Food Services Post-Covid-19 in Asia oleh Kearney pada 2020, pasar layanan makanan di Asia menyusut sebanyak 25—30 persen menjadi sekitar US$952 miliar. Indonesia, seperti halnya India dan Filipina, terkena dampak parah dengan penurunan sebanyak 35—45 persen.

Namun, laporan tersebut mencatat pelaku industri yang justru berkembang pesat di tengah penurunan pasar adalah mereka yang dengan cepat beradaptasi dengan model bisnis berbasis teknologi yang inovatif.

Laporan tersebut melihat pengiriman makanan daring di Asia meningkat sebanyak 30 persen pada 2020, padahal pada 2019 bahkan tidak mencapai 20 persen.

Kepala Center of Innovation and Digital Economy Institute for Development of economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengamini kebijakan pembatasan mampu menjadi faktor positif bagi bisnis teknologi kuliner terutama di bidang layanan antar makanan dan online food marketing.

“Dengan adanya pembatasan kegiatan masyarakat, penggunaan kedua jenis layanan foodtech tersebut akan meningkat. Bahkan, bisa tumbuh hingga 25—30 persen. Sangat besar memang potensinya,” katanya.

Dia menambahkan saat ini bisnis teknologi kuliner bisa terus bertumbuh hingga akhir tahun, lantaran peluangnya makin terbuka lebar dengan seringnya masyarakat menggunakan ponsel pintarnya untuk berkegiatan termasuk memesan makanan.

“Selain itu, penetrasi internet terus tumbuh. Ketiga perkembangan layanan penunjang seperti dompet digital dan sebagainya juga makin diadopsi oleh masyarakat,” kata Huda 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper