Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas masyarakat yang berangsung-angsur kembali normal membuat kenaikan jumlah layanan video sesuai permintaan (video on demand/VoD) mengalami perlambatan.
Ketua Umum Masyarakat Telematika (MASTEL) Indonesia periode 2018-2021 Kristiono mengatakan perlambatan jumlah pengguna ini sejalan dengan mulai dilonggarkannya aktivitas di luar rumah sehingga masyarakat sudah beraktivitas secara normal.
“Fase pembatasan ruang gerak [PSBB] dan pengetatan aktivitas di luar rumah kan dampaknya ternyata tingkat stress meningkat akibat naluri manusia sebagai makhluk sosial terkendala dan pelariannya mencari hiburan yang bisa dinikmati di rumah. Jadi, ketika ini mulai longgar efeknya [bagi SVoD] juga terasa,” ujarnya, Minggu (23/5/2021)
Menurutnya, saat ini para pemain SVoD perlu melakukan strategi khusus untuk bisa menjaga arus jumlah pelanggan ke depannya. Salah satunya, dengan mengombinasikan konten hiburan dan sosialisasi.
“Strategi yang bisa dilakukan mungkin mengkombinasikan kedua kebutuhan manusia, selain bisa memperoleh hiburan juga sekaligus bersosialisasi,” katanya.
Berdasarkan data Statista, pendapatan segmen video sesuai permintaan (SVoD) di Indonesia diproyeksikan mencapai US$411 juta pada 2021 dengan penetrasi pengguna menjadi 16,5 persen pada 2021 dan diharapkan mencapai 20,4 persen pada 2025.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai tidak ada perlambatan dari peningkatan jumlah pengguna di layanan video streaming.
“Bukan perlambatan, tetapi analis saja yang terlalu optimis. Kalau tidak pandemi kemungkinan temponya memang perlahan. Kenaikan jumlah pengguna akibat pandemi itu memang tidak salah, tetapi untuk kenaikan berapa persennya ke depan akan beralih persaingannya menyangkut tarif dan layanan daring masing-masing pemain,” ujarnya
Heru mengatakan setiap pemain dapat melancarkan strategi untuk menjual film lama dan baru yang memang disukai pengguna. Tetapi, untuk yang baru harus yang benar-benar film bukan seperti cerita berseri.
“Karena sekali lagi kalau perlambatan kan tidak tumbuh, tetapi jika masih tumbuh bukan perlambatan hanya besarannya tidak sesuai analisa yang mungkin analisnya salah memprediksi karena terlalu optimis. Prediksi itu ada optimis, ada pesimis dan ada yang real saja. Saat ini lebih kembali ke real,” katanya.
Sementara itu, perusahaan khusus yang menganalisis optimasi layanan video daring, Conviva menemukan terdapat peralihan kebiasaan streaming on demand pada masyarakat di Asia.
Dikutip melalui Variety, terdapat peningkatan 15 persen pada kuartal I/2021 untuk layanan streaming video on demand di wilayah Asia dibandingkan pada kuartal pertama tahun sebelumnya.
Conviva menemukan 2 pola utama konsumsi layanan video streaming di Asia. Pertama, layanan on demand meningkat dibandingkan siaran langsung. Kedua, pengguna yang tadinya menggunakan ponsel dan desktop beralih ke layar yang lebih besar di rumah untuk mengakses layanan itu.