Bisnis.com, JAKARTA - Keterbukaan terhadap teknologi yang lebih maju oleh perusahaan asing akan membangkitkan dan meningkatkan daya saing global industri manufaktur Makanan & Minuman (mamin) Indonesia.
Dengan beragam praktik baru yang muncul akibat COVID-19, kegiatan operasional yang lebih aman menjadi semakin penting dan diperkirakan akan terus berlaku kedepannya. Teknologi tidak hanya mengoptimalkan peran manusia, tetapi juga memungkinkan perusahaan untuk mengelola risiko di bidang operasional.
Operasional pabrik, sebagai salah satu dari lima pilar utama yang diukur oleh Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0), secara langsung mendukung keseluruhan sistem manufaktur bersamaan dengan empat pilar INDI 4.0 lainnya, yaitu manajemen dan organisasi; sumber daya manusia dan budaya; produk dan layanan; dan teknologi.
“Badan pemerintah dan perusahaan asing di Selandia Baru menyediakan peluang untuk mendukung manufaktur mamin Indonesia
menerapkan teknologi pintar yang bertujuan meningkatkan efisiensi serta keselamatan operasional pabrik. Jika dijelaskan lebih lanjut teknologi pintar tersebut antara lain teknologi sistem keamanan tinggi yang dapat membantu mengelola keselamatan dengan mengurangi
kontak antar sesama manusia, sistem pendingin udara yang fleksibel, rekayasa industri virtual yang mempermudah analisa data dan pengambilan keputusan, dan teknologi virtual untuk K3L (Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Lingkungan),” terang Diana Permana, Komisaris Perdagangan Selandia Baru untuk Indonesia dalam keterangan tertulisnya.
Menurut data yang dipaparkan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPPMI), Adhi S. Lukman, 49,2 persen dari PDB Indonesia adalah pengeluaran makanan dan 16,9 persen berasal dari makanan olahan. Pertumbuhan industri mamin mengalami penurunan dari 7,8 persen pada tahun 2019 menjadi 1,5 persen pada tahun 2020 akibat adanya gangguan dari pandemi COVID-19. Hal ini dikarenakan masih banyaknya manufaktur mamin Indonesia yang beroperasi secara manual dengan kendali manusia secara penuh..
“Industri mamin memainkan peran penting dalam perekonomian nasional dan pandemi COVID19 telah menyebabkan gangguan besar dalam nilai pertumbuhan dan kompetitif secara global. Teknologi Industri 4.0 menghadirkan digitalisasi dan Human Machine Interface (HMI). Inovasi tersebut akan memajukan industri mamin Indonesia dari operasional secara manual menjadi serba otomatis, lalu menjadi operasional secara otonom, sehingga mendukung manufakturmenjalankan operasionalnya dengan hemat biaya, waktu, aman dan berkelanjutan,” jelas Adhi.
Travis Lee, Manajer Business Development Asia Tenggara dari Gallagher Security, perusahaan sistem keamanan dari Selandia Baru, menjelaskan, pandemi telah mengembangkan bagaimana cara mengukur keselamatan praktik bisnis dengan kebijakan prosedur yang lebih ketat untuk mengelola risiko dari segi keamanan dan kesehatan.
”Mengadopsi teknologi berbasis smart security dapat mendukung pabrik untuk mencegah dan memitigasi potensi resiko dari kontaminasi manusia, dimulai dengan penyaringan di pintu masuk, mengelola pergerakan manusia, mengelola kapasitas ruangan, hingga pelacakan kontak (contact tracing) semua dikelola melalui system berbasis aplikasi.” katanya.
Dalam hal mencapai efisiensi energi melalui teknologi pintar, operasional pabrik di Indonesia juga sebaiknya menerapkan sistem pendingin udara dengan sistem lebih fleksibel (high flexibility air conditioning system), daripada menggunakan sistem pendingin terpusat yang digunakan saat ini.
Dalam sistem AC dengan tingkat fleksibilitas yang tinggi, setiap area pabrik memiliki pengaturannya sendiri yang terpisah dengan sistem pengaturan di area lain. AC pada masingmasing area dapat dinyalakan atau dimatikan bila diperlukan, sehingga unit AC hanya dinyalakan di ruangan aktif yang ditempati. Biaya listrik didasarkan pada penggunaan yang sebenarnya yang sesuai dengan waktu operasi pabrik dan jam kerja shift yang berbeda-beda.
“Kita membutuhkan teknologi yang mampu menyesuaikan dengan kebutuhan saat ini yakni jam operasional yang beragam, kebutuhan hemat energi, dan keperluan kesehatan. Sistem AC yang berdiri sendiri mampu mencegah udara bercampur antar ruangan dan sistem dapat mengatasi beban parsial secara efektif dan ekonomis serendah 3,5kW”, jelas WengFei Ho, General Manager
Termperzone Singapura.
Salah satu pertimbangan dalam mengadopsi Industri 4.0 adalah tingginya biaya investasi yang juga dibahas dalam live webinar tersebut. Namun terlepas dari investasi tersebut, pelaku industri Indonesia dan Selandia Baru menyadari bahwa pengembalian investasi itu nyata dan feasible, tidak selalu dari dilihat segi angka tetapi kualitas tentunya.
Elise Salt, Insinyur Digital Beca, perusahaan konsultan teknik dan teknologi Selandia Baru, menggarisbawahi bahwa banyak manufaktur yang masih belum mengadopsi inovasi cerdas karena kesulitan dalam menentukan strategi yang jelas untuk mengimplementasikan teknologi, dan edukasi sebagai langkah menuju solusi.
“Industri 4.0 Demonstration Network adalah inisiatif pemerintah Selandia Baru yang bermitra dengan Beca dan EMA, yang menyediakan roadmap bagi manufaktur dalam mempelajari aplikasi potensial dan nilai dari berbagai alat industri 4.0. Kami mengedukasi para perusahaan manufaktur melalui studi kasus dan kunjungan langsung ke lokasi pabrik untuk lebih memahami bagaimana solusi Industri 4.0 dapat diterapkan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing, sehingga memungkinkan manufaktur untuk mulai merancang strategi perubahan mereka,” jelas Elise.
Program ini mencakup tinjauan umum teknologi Industri 4.0, peningkatan produktivitas, jaminan kualitas, pemeliharaan yang berkualitas dan efisien, serta peningkatan pengambilan keputusan untuk capital expenditure.
Selandia Baru merupakan pemimpin global di bidang manufaktur dan bisnis. Selandia Baru menyediakan makanan berkualitas tinggi untuk 200 negara di seluruh dunia; peringkat pertama dari 113 negara untuk keamanan pangan, peringkat ke-8 dari 78 ekonomi untuk produktivitas, dan peringkat ke-6 dari 138 negara untuk bisnis dan inovasi.
Sebagai badan pengembangan ekonomi dan bisnis internasional Selandia Baru, New Zealand Trande and Enterprise (NZTE) berkomitmen untuk mendukung dan menjadi bagian dari pengembangan Industri 4.0 Indonesia di sektor manufaktur mamin. NZTE menjembatani
kemitraan antara perusahaan Indonesia dengan ahli dari Selandia Baru.
“Agar pengoperasian teknologi pintar di sebuah pabrik dapat dilaksanakan secara maksimal, pemberian pelatihan pekerja pabrik dengan keterampilan Industri 4.0 diperlukan adalah bagian dari program ini. Selanjutnya kami dapat memastikan perusahaan manufaktur lokal akan menerima dukungan dari ahli teknologi Selandia Baru untuk tercapainya proses yang aman dan efisien,” tutup Diana.