Bisnis.com, JAKARTA — Penyelenggara layanan internet tetap ke rumah (fiber to the home/FTTH) meyakini bisnisnya tidak akan lenyap seiring dengan hadirnya 5G di Tanah Air.
Selain memiliki pasar yang berbeda, layanan FTTH juga memiliki akses ke internet yang tidak terbatas, dengan harga tetap per bulan.
VP Marketing Biznet Yudie Haryanto mengatakan kehadiran Internet telah menjadi kebutuhan utama dalam melakukan kegiatan digital sehari-hari.
Layanan internet dari 5G ataupun layanan internet tetap, menurutnya, memiliki pangsa pasar yang berbeda, sehingga tidak saling menggerus atau bertemu di satu titik.
“Bentuk layanan kedua produk pun juga berbeda, seperti untuk 5G memiliki kuota limited dan untuk FTTH sendiri memiliki unlimited akses,” kata Yudie kepada Bisnis, Senin (12/4).
Dia menuturkan saat era 3G dan 4G, teknologi internet bergerak dan internet tetap saling melengkapi dan tidak ada yang dirugikan.
“Kedua produk ini saling melengkapi dan melihat bentuk geografis di Indonesia, semoga teknologi 5G dapat mencakup wilayah yang saat ini masih belum tersedia jaringan layanan internet ke rumah,” kata Yudi
Untuk menyambut kehadiran 5G, kata Yudie, perseroan fokus dalam melakukan pengembangaan jaringan, seperti menghubungkan kabel jaringan tulang punggung antarkota, antarpulau dan juga distribusi kabel akses ke dalam perumahan, ke lebih banyak wilayah di Indonesia.
Teknologi 5G membutuhkan kanal yang dapat mendistribusikan bandwidth berkapasitas tinggi. Kanal tersebut, salah satunya, adalah kabel serat optik
Senada, Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo) Galumbang Menak mengatakan untuk menyambut 5G perseroan terus menggelar kabel serat optik. Pada tahun ini, serat optik Moratelindo akan difokuskan di Semarang, Bandung, Bekasi , Bogor dan lain-lain.
Galumbang mengatakan 5G hakikatnya tidak terlalu menyeramkan bagi bisnis FTTH, jika frekuensi yang digunakan di bawah 100MHz.
“Kalau hanya 50MHz per operator 5G tidak akan mampu melayani kebutuhan rumah atau menggantikan layanan Fiber to the Home (FTTH). Jika pemerintah mengalokasikan 100 MHz per operator sangat potential 5G bisa mengganti fungsi FTTH,” kata Galumbang.
Galumbang berpendapat ke depan segmen yang benar-benar membutuhkan internet yang stabil akan menggunakan kedua produk atau salah satunya saja. Keduanya juga akan saling melengkapi dalam beberapa hal seperti cakupan layanan. Daerah yang belum ada FTTH akan dilayani oleh 5G.
“Akan ada juga pasar yang sensitif biaya, yang hanya akan memilih satu diantara keduanya,” kata Galumbang.