Bisnis.com, JAKARTA – Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) optimistis Satelit Multifungsi Satria dapat meluncur sebelum 31 Oktober 2023, seiring dengan perkembangan pembuatan satelit yang terus memperlihatkan kemajuan.
Direktur Utama Bakti Anang Latif mengatakan, perpanjangan filing satelit 146 Bujur Timur (BT) hingga 31 Oktober 2023 merupakan batas waktu yang sangat cukup untuk proses pembuatan sekaligus peluncuran Satelit Satria.
Bakti telah berbicara dengan perusahaan pabrikasi Satelit Satria, Thales Alenia Space, mengenai batas waktu yang diberikan. Keduanya mengaku tidak ada masalah.
“Ini batas waktu yang sangat cukup setelah kami mendiskusikan dengan pabrikan satelit di Thales Alenia Space. Jadi kami optimistis proyek ini akan memenuhi target dan akan diluncurkan sebelum batas waktu 31 Oktober 2023,” kata Anang kepada Bisnis, Selasa (6/4/2021).
Anang menjelaskan, proses pengembangan Satelit Satria oleh Thales telah berlangsung sejak 3 September 2020. Saat ini perkembangan pembuatan Satelit Satria telah mencapai 11,5%. Seluruh perencanaan telah dimatangkan sehingga ditargetkan dalam 1 -2 bulan kedepan konstruksi Satelit Satria sudah bisa dimulai.
Strategi pengembangan yang dimulai sejak September 2020, kata Anang, merupakan siasat yang dipilih agar batas Commercial Operation Date (COD) yang disepakati antara Kemenkominfo dengan badan usaha tetap terpenuhi.
Baca Juga Teknologi 5G Bisa Ancam Bisnis Telkom |
---|
“Waktu operasional tidak berubah walaupun waktu mulai pabrikan ada perubahan karena pandemi Covid-19. Secara umum proyek ini tidak bergeser dari target operasinya termasuk untuk peluncuran satelit,” kata Anang.
Sementara itu, Ketua Bidang Network dan Infrastruktur Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC) Ariyanto A. Setyawan mengatakan cepat dan lambatnya pembangunan satelit, salah satunya bergantung dari tipe satelit yang akan dikembangkan.
Jika tipe satelit tersebut merupakan tipe baru, maka pembuatannya akan memakan waktu sekitar 2 tahun. Proses ini lebih lama dibandingkan dengan satelit dengan model yang telah ada, yang mana secara suku cadang telah tersedia.
“Satelit kenapa mahal, karena satu perangkat dibuat tidak hanya satu tetapi lusinan, untuk mendukung proses uji coba saat pembuatan satelit. Kalau benar-benar baru butuh 2 tahun sampai siap meluncur,” kata Ariyanto.
Ariyanto menyarankan agar proses pembangunan satelit dapat berjalan tepat waktu dan dapat meluncur sesuai batas waktu yang diberikan ITU, yaitu Oktober 2023, pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) serta para pemangku kepentingan harus disiplin terhadap linimasa yang dibuat.