Ini Alasan Startup Perlu Akselerasi Layanan di Perdesaan

Akbar Evandio
Selasa, 6 April 2021 | 21:33 WIB
Ilustrasi startup/
Ilustrasi startup/
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan rintisan (startup) penting untuk mengakselerasi layanan digital di perdesaan pada tahun ini. Sebab, diprediksi konsumen di kota tier (tingkat) dua dan tiga akan mendongkrak transaksi layanan digital pada 2025.

Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Jefri R.Sirait mengatakan saat ini penting bagi para pemain startup untuk membangun fundamental hulu. Hal ini dikarenakan perdesaan makin bertaji sebagai pasar besar untuk dipenuhi kebutuhannya oleh startup ke depan.

“Saat ini pastikan fundamental startup juga kuat di upstream [industri hulu] karena sourcing yang harus dikelola di hulu harus memiliki keseimbangan. Fundamental hulu itu ada dalam teknologi yang terkait ke produksi mereka,” katanya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (6/4/2021).

Lebih lanjut, dia menjelaskan memperkuat fundamental startup dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan di proses, modernisasi mesin dan infrastruktur pendukung, standarisasi dalam penilaian, hingga aksesibilitas lain selain jalan, gudang, dan lainnya.

“Saya yakin pengelolaan di upstream yang intensif tentu akan memperbaiki ekosistem startup ke depan dan memang ini yang harus digiatkan saat ini. Contoh lain, dalam pertanian kebutuhan benih dan pupuk juga fundamental,” katanya.

Dia mengatakan, 2021 merupakan titik awal untuk berlari di mana pemerintah mempersiapkan infrastruktur, regulasi, dan sumber daya manusia digital. Sedangkan, perusahaan rintisan mampu untuk berkontribusi dengan membangun hulu dan memperkuat ekosistem pasar.

“Ini yang bisa memperkuat lokapasar indonesia kokoh dari hulu. Bahkan, bila bahas perkotaan itu lebih ke pasar, sedangkan perdesaan ada sumber yang perlu dikembangkan sebagai sentra industri,” kata Jefri.

Sekadar catatan, Riset Alpha JWC Ventures dan Kearney mencatatkan ekonomi digital Indonesia akan ditopang oleh konsumen di kota tingkat (tier) dua dan tiga atau perdesaan dalam lima tahun ke depan.

Adapun, perusahaan rintisan di sektor dagang elektronik (e-commerce), pembayaran digital, pinjaman daring, kesehatan, pendidikan, dan berbagi tumpangan (ride hailing) diprediksi terdongkrak lantaran meningkatnya ekonomi digital di pedesaan.

Berdasarkan riset bertajuk Unlocking Next Wave of Digital Growth: Beyond Metropolitan Indonesia mencatatkan bahwa lebih dari 83 persen konsumen di kota tier dua dan tiga merupakan laggards atau masyarakat yang berhati-hati dalam menggunakan teknologi maupun layanan berbasis digital.

Namun, laporan tersebut juga menyebutkan bahwa setelah lima tahun konsumen di tier dua dan tiga akan lebih nyaman terhadap aktivitas digital dengan dua faktor pendorong. Pertama, pandemi Covid-19 yang memaksa mereka menggunakan layanan digital dan pemerintah yang mendorong digitalisasi di kota tier dua dan tiga.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Akbar Evandio
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper