Tidak Hanya Akun Palsu, Serangan Malware Juga Incar Perbankan

Akbar Evandio
Rabu, 17 Maret 2021 | 21:11 WIB
Ilustrasi seorang pria sedang mengetik kode siber./Reuters-Kacper Pempe
Ilustrasi seorang pria sedang mengetik kode siber./Reuters-Kacper Pempe
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan keamanan siber, Kaspersky memprediksi semakin maraknya serangan siber yang menargetkan transaksi bank dan perdagangan mata uang kripto pada tahun ini. 

Peneliti senior untuk Tim Riset dan Analisis Global (GReAT) di Kaspersky Seongsu Park mengatakan model yang banyak digunakan adalah dengan menyebarkan malware dan modus phising.

“Mereka pelaku [serangan siber] adalah beberapa orang jahat yang membuat akun palsu dengan menggunakan media sosial dan ini ampuh di Korea Selatan. Jadi, pemerintah dan pemangku kepentingan perlu bekerja sangat erat untuk menutup akun palsu mereka,” ujarnya lewat diskusi virtual bertajuk ‘From Codes to Cold Cash Financial Threats in Southeast Asia, Rabu (17/3/2021).

Dia melanjutkan, penipuan siber tidak pernah menjadi masalah salah satu industri atau pihak tertentu sehingga semua lini harus bekerjasama untuk menutup jenis ancaman digital.

“Ya, kerja sama pemerintah dengan polisi dan di mulai dari lokal dan swasta. Sebab, serangan siber ke perbankan akan semakin banyak tahun ini. Banyak bank di Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina yang ditarget oleh pelaku," katanya.

Dia mengatakan bahwa tahun ini jenis malware JsOutProx akan marak digunakan dalam mode serangan jaringan yang terutama menargetkan industri perbankan.

Untuk diketahui, fungsi dari jenis malware ini akan memasuki sistem dengan menggunakan berbagai nama file yang terkait dengan operasi perbankan. Kemudian, pelaku akan melakukan penipuan manipulasi psikologis yang dilakukan oleh pegawai bank.

“Pekerja yang tidak memahami keamanan jaringan dapat mengizinkan perangkat lunak berbahaya memasuki sistem perangkat mereka. Setelah masuk, JSOutProx dapat memuat lebih banyak plugin untuk melakukan operasi berbahaya," ujarnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan operasi berbahaya tersebut seperti mengakses perangkat korban jarak jauh, kebocoran data, mengambil alih server perintah dan kontrol, dan sebagainya.

Dia melanjutkan bahwa selain perbankan, platform perdagangan cryptocurrency juga turut menjadi incaran penjahat siber. Salah satu ancamannya yakni modus serangan SnatchCrypto oleh BlueNoroff APT. 

Sekadar catatan, grup ini merupakan subkelompok Lazarus yang khusus menyerang bank. Mereka dikaitkan dengan kasus pencurian Bank Bangladesh sebesar US$ 81 juta.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper