Bisnis.com, JAKARTA – Konsolidasi dan efisiensi dinilai menjadi 2 faktor penting yang dapat membantu operator untuk bertahan di tengah kondisi pandemi dan pelemahan ekonomi.
Ketua Bidang Network dan Infrastruktur Indonesian Digital Empowerment Community (IDIEC) Ariyanto Setiawan mengatakan operator seluler perlu melakukan efisiensi untuk menekan pengeluaran di tengah perlambatan pertumbuhan pendapatan. Dengan efisiensi, margin keuntungan yang diperoleh semakin besar.
Pos-pos pengeluaran yang bersifat tidak mendesak, kata Ariyanto, harus ditahan agar beban dan pendapatan dapat seimbang. Langkah efisiensi tersebut dapat berupa pengalihan kegiatan promosi dari kanal media yang berbiaya besar, menjadi ke media sosial dan aplikasi milik operator.
Di samping itu, operator juga harus berinovasi, baik dari sisi produk, maupun konten. Operator harus aktratif menawarkan inovasi produk yang bernilai lebih sesuai dengan kebutuhan pasar.
“Fenomena yang menarik adalah paket data dan konten, mungkin bekerja dari rumah menjadikan orang lebih banyak waktu untuk menikmati konten,” kata Ariyanto kepada Bisnis, Rabu (3/3/2021).
Ariyanto memperkirakan jika kondisi pandemi dan pelemahan ekonomi masih terus terjadi – dengan melihat arus kas operator saat ini – dalam 2 hingga 4 tahun akan ada operator yang berhenti beroperasi.
Dia mengatakan bisnis telekomunikasi adalah bisnis yang padat modal dan biaya. Apalagi hampir seluruh operator menjalankan skema sewa, khususnya di segmen bandwidth internet global, transport dan lokasi Base Transceiver Station.
“Ini membutuhkan arus kas yang sehat. Itu ekstremnya,” kata Ariyanto.
Adapun sebelum sampai tahap berhenti beroperasi, Ariyanto menyebut kemungkinan operator akan akan mengurangi kualitas dan area layanan untuk bisa bertahan.
“Ini bisa membantu, tetapi sejalan dengan turunnya kualitas tersebut, operator akan ditinggal pelanggannya,” kata Ariyanto.
Ariyanto pun berpendapat dengan kondisi pandemi dan pelemahan ekonomi yang berkepanjangan, Kemenkominfo dapat membantu menurunkan beban biaya tinggi operator dengan sejumlah kebijakan.
Kebijakan tersebut antara lain mengeluarkan regulasi lokalisasi konten, dengan memaksa penyedia layanan Over the Top (OTT) sebagai penyumbang trafik terbesar, untuk berada di Indonesia.
“Operator akan menikmati penurunan beban biaya bandwidth internet global dengan cara ini,” kata Ariyanto.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai resesi yang terus terjadi dapat membuat daya beli melemah. Operator seluler disarankan untuk konsolidasi agar persaingan yang terjadi lebih sehat dan tidak saling perang harga.
Dia juga mendorong operator untuk membersikan data pengguna yang pasif atau sudah tidak aktif agar jumlah pembagi pendapatan menjadi lebih kecil.
“Agar sehat tentu konsolidasi perlu dipermudah, ongkos yang berkaitan dengan regulator (regulatory cost) dikurangi dan selalu mengingatkan operator untuk bersaing secara sehat dan lebih mengarah pada persaingan kualitas layanan,” kata Heru kepada Bisnis.