Bisnis.com, JAKARTA – Meski memiliki kecepatan di atas 4G, pemanfaatan pita frekuensi sebesar 40 MHz di pita 2,3 GH dinilai belum akan memberikan manfaat yang signifikan. .
Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi menjelaskan saat ini ekosistem global lebih banyak menggunakan frekuensi C-Band – yaitu 3,7 GHz – 4,2 GHz - untuk 5G. Terdapat 136 operator di dunia yang menggunakan frekuensi ini
Adapun untuk frekuensi milimeterWave – 26 GHz ke atas – terdapat 85 lisensi dikeluarkan dimana baru 24 operator yang membangun jaringan 5G di band 26-28 GHz ini.
“Untuk 2,3 GHz belum kelihatan dan saya khawatir Indonesia seperti mengada-ada untuk menggunakan 2,3 GHz sebagai band 5G. Perlu dievaluasi kembali keputusannya. Minimal 100 MHz agar optimal. Di bawah itu ya 5G-5G an” kata Heru kepada Bisnis, Selasa (22/12).
Senada, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB Muhammad Ridwan Effendi mengatakan bahwa idealnya 5G menggunakan spektrum frekuensi sebesar 100 MHz.
Pada pita frekuensi 2,3 GHz, operator seluler - Telkomsel dan Smartfren - maksimal hanya memiliki 40 MHz untuk menggelar 5G secara mandiri.
Dengan 100 MHz secara teoritis kecepatan 5G bisa mencapai 4878 Mbps. Adapun apabila menggunakan 40 MHz dan 10 MHz maka kecepatannya masing-masing hanya 1951 Mbps dan 487 Mbps saja.
“Idealnya kan 5G pakai 100 atau selebar mungkin,” kata Ridwan.
Ridwan mengatakan saat ini kandidat terkuat dan terdekat untuk 5G dengan spektrum frekuensi sebesar 100 MHz adalah di pita 700 MHz. Spektrum ini baru dapat digunakan pada 2022 atau setelah siaran analog dipadamkan dan beralih ke digital (ASO).