RI Siapkan Observatorium Pantau Asteroid dan Cari Kehidupan di Luar Bumi

Mia Chitra Dinisari
Rabu, 28 Oktober 2020 | 10:25 WIB
Observatorium Timau
Observatorium Timau
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Ketertarikan banyak negara untuk mempelajari antariksa kian besar terutama soal rencana membuka peluang kehidupan lain di luar planet bumi.

Selain, AS, Rusia, China, Indonesia juga ternyata punya ketertarikan yang sama mempelajarinya, atau bahkan mungkin ikut membuka jalan mencari kehidupan lain tersebut.

Saat ini, Indonesia tengah membangun observatorium terbesar di Asia Tenggara yang terletak di Timau Nusa Tenggara Timur. 

Observatorium yang dibangun oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) itu, kini masih dalam proses pembangunan sejak 2017 lalu. Bekerjasama dengan ITB, Undanda, Pemprov NTT, dan Pemkab Kupang.

LAPAN mengungkapkan observatorium ini akan menjadi rumah bagi teleskop yang memiliki diameter 3,8 meter. Observatorium ini akan mampu mengamati tata surya tidak hanya di belahan langit utara, melainkan juga di belahan langit selatan. Kabarnya, anggaran untuk membangun observatorium ini sekitar Rp340 miliar.

Menurut Lapan, tujuan utama pembangunan observatorium ini yakni untuk pusat observasi astronomi Indonesia dan pemberdayaan kawasan Timur Indonesia. 

Dimana pusat observasi mencakup berbagai obyek tata surya seperti planet, komet, dan asteroi, fisika bintang dan galaksi, struktur besar alam semesta hingga planet-planet di luar tata surya.

Bahkan, observatorium ini nantinya bisa digunakan untuk pelacakan satelit, serta pengamatan survei obyek dekat bumi seperti komet dan asteroid.

Sehingga, dengan pengamatan ini, Indonesia kelak bisa mencegah tabrakan dengan satelit aktif dan mitigasi benda jatuh dari antariksa, dengan bekerjasama dengan jaringan observasi obyek antariksa satelit aktif dan sampah antariksa.

Observatorium Nasional Timau berada di Kawasan Lindung lereng Gunung Timau di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan air laut. Sementara, kantor LAPAN berada di Tilong, Kupang.
LAPAN mengungkapkan bahwa di daerah Lelogama ruas jalan sepanjang 3,2 kilometer berbatu dan perlu perbaikan. Di sekitaran Fatumonas, juga terdapat ruas jalan sepanjang 1,5 kilometer yang berbatu dan perlu perbaikan. Bahkan, sepanjang 6,7 kilometer sebelum lokasi observatorium, kondisi jalan masih tanah dan lumpur yang sulit dilalui.

Rencananya, Observatorium ini rampung 2021 mendatang, setelah mundur dari rencana 2020 tahun ini. Selain obnas ini, Lapan juga membangun pusat Sains di Tilong Kupang sebagai pisat edukasi publik yang dilengkapi dengan teleskop berdiameter 50 cm.

"Obnas ini akan bermanfaat untuk penguatan kapasitas sains antariksa dan astronomi, bagi lembaga penelitian dan perguruan tinggi di Indonesia, memacu kerja sama penlitian dan pengembangan internasional, dan pemberdayaan masyarakat dengan peningkatan kualitas pendidikan di NTT," tulis Lapan di akun instagramnya.

Ini, akan menjadi observatorium ke enam yang dimiliki LAPAN. Saat ini, LAPAN memiliki 5 observatorium. Yang paling terkenal tentu saja observatorium Bosscha di Bandung, Jawa Barat. Penggemar film Petualangan Sherina tentu akan nostalgia bila menengok observatorium ini. Empat lainnya adalah Observatorium Taman Ismail Marzuki di Jakarta, Observatorium Loka Jala Crana di Surabaya, Jawa Timur, Observatorium Jagad Raya Tenggarong di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur serta Observatorium Taman Pintar Yogyakarta.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper