Bisnis.com, JAKARTA - Populix, sebuah platform yang fokus dalam market research, mengungkapkan saat masa transisi PSBB (Agustus – September) pelanggan gen-Z mengalami peningkatan belanja kuota data yang signfikan dibandingkan gen-Z kalangan pekerja.
Head of Marketing Populix, Jessica Gautama mengatakan selama masa transisi PSBB pelajar mengeluarkan uang cukup besar untuk membeli kuota internet.
“Selisih yang cukup signifikan terlihat diantara pelajar. Sedangkan diantara pekerja tidak ada peningkatan yang signifikan,” kata Jessica dalam laporan 'Penggunaan Internet dan Operator Telekomunikasi Selama Pandemi' yang diterima Bisnis, Kamis (16/10/2020).
Laporan Populix menyebutkan bahwa pada Agustus 2020, pelajar dengan klasifikasi sosial ekonomi rendah, tengah dan atas masing-masing menghabiskan uang sebesar Rp66.0000, Rp80.300, dan Rp67.500 per bulan untuk membeli kuota internet. Adapun secara rata-rata adalah sebesar Rp71.900.
Kemudian, pada September 2020, ketiga golongan tersebut mengalami peningkatan yaitu masing-masing sebesar Rp71.100, Rp97.200, dan Rp74.700. Secara rata-rata sebesar Rp82.000. Sayangnya Populix tidak menyebutkan penyebab meningkatnya belanja kuota pelajar selama PSBB transisi.
Sementara itu, gen-Z untuk kalangan pekerja pada Agustus 2020 dengan klasifikasi sosial ekonomi rendah, tengah dan atas masing-masing menghabiskan uang sebesar Rp0, Rp91.900, dan Rp122.403 per bulan untuk internet. Adapun secara rata-rata yaitu sebesar Rp112.600.
Pada bulan berikutnya, September 2020, jumlah uang yang dikeluarkan untuk membeli kuota internet cenderung stabil. Untuk klasifikasi sosial ekonomi rendah, rentah dan atas masing-masing sebesar Rp0, Rp93.00, dan Rp123.500. Secara rata-rata sebesar Rp114.600,-
Dalam penelitiannya, Populix, membagi gen-Z menjadi dua kelompok yaitu pelajar dan pekerja. Sebanyak 141 pelajar dan 203 pekerja terlibat dalam survei ini. Penelitian dilakukan pada rentang waktu 22 September – 25 September 2020 dengan cakupan kawasan Jabodetabek saja.
Adapun dari sisi aplikasi penggunaan aplikasi belajar Ruangguru, Zenius dan Quiper masing-masing hanya sebesar 18 persen, 15 persen dan 12 persen. Mayoirtas pelajar tidak menggunakan aplikasi belajar untuk belajar.