Super Wifi untuk Daerah 3T, Pengamat: Butuh Investasi Besar

Leo Dwi Jatmiko
Senin, 28 September 2020 | 17:06 WIB
Sejumlah remaja menggunakan ponsel saat berkomunikasi di Medan, Sumatera Utara, Jumat (17/4/2020)./ANTARA FOTO-Septianda Perdana
Sejumlah remaja menggunakan ponsel saat berkomunikasi di Medan, Sumatera Utara, Jumat (17/4/2020)./ANTARA FOTO-Septianda Perdana
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Pemanfaatan Super Wifi untuk menyalurkan akses internet di kawasan tertinggal, terdepan dan terluar (3T) diyakini bakal membuat pengalaman digital masyarakat setempat makin baik. Sayangnya, dibutuhkan investasi besar untuk menghadirkan Super Wifi berkualitas ‘Super’.

Ketua Program Studi Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB), Ian Yosef M. Edward mengatakan Super Wifi memiliki teknologi yang berbeda dari wifi yang ada saat ini. Teknologi tersebut memiliki keunggulan pengaturan waktu jaringan sehingga minim terjadi interferensi sesama jaringan.

“Kalau ada pengaturan waktu jadinya mereka tidak saling bersinggungan. Tidak ada interferensi dalam kelompok tersebut. Apalagi jaraknya 500 meter, maka waktnya benar-benar harus diatur,” kata Ian kepada Bisnis.com, Senin (28/9/2020).

Menurutnya, dengan mengatur waktu untuk menghindari benturan antarfrekuensi, kecepatan transfer data (bitrate) yang dihasilkan akan lebih baik dibandingkan dengan wifi biasa. Alhasil, masyarakat dapat merasakan wifi dengan kecepatan yang baik.

Pengaturan waktu ini lebih mudah dilakukan di kawasan 3T karena akses internet di sana masih sepi, sehingga waktu yang dimiliki lebih fleksibel. Adapun, mengenai jangkauan cakupan yang mencapai 500 meter, hal tersebut disebabkan oleh tenaga besar dan letak perangkat yang tinggi dari Super Wifi.

Ian berpendapat Super Wifi dapat mendukung 20-200 perangkat sekaligus, tergantung dari harga perangkat Super Wifi yang digunakan. Semakin mahal, maka cakupan dan kualitasnya makin baik.

Nilai investasi perangkat Super Wifi ditaksir bisa berbeda-beda. Khusus Super Wifi dengan cakupan dan perangkat yang bagus, umumnya berkisar Rp20 jutaan yang bisa melayani 256 perangkat sekaligus.

Dia mengatakan tantangan dalam menggunakan teknologi ini untuk mengakses internet adalah jumlah hop jaringan satelit yang terbatas. Hop satelit diperkirakan hanya dapat dibangun sebanyak 2-3 buah untuk satu daerah.

Tantangan selanjutnya adalah jumlah pengguna ponsel pintar di kawasan 3T. Tidak semua masyarakat di sana memiliki gawai yang dapat digunakan untuk internet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper