Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Modal Ventura untuk Start Up Indonesia (Amsevindo) berharap agar kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid II tidak berlangsung lama agar laju pendanaan pada akhir tahun tidak terlalu berat.
Bendahara Amsevindo, Edward Ismawan Wihardja memperkirakan laju pendanaan kepada perusahaan rintisan di Tanah Air hingga akhir 2020 akan lebih lambat dibandingkan dengan tahun lalu.
Pandemi Covid-19 telah membuat sejumlah perusahaan modal ventura melakukan konsolidasi dan mengerem laju investasi ke perusahaan rintisan.
Menurutnya, konsolidasi dana yang dimiliki perusahaan modal ventura memang akan makin besar, tetapi proses penyaluran pendanaan menjadi lebih kompleks sehingga membutuhkan waktu.
“Ada beberapa startup yang berhasil mendapatkan dana talangan selama pandemi agar tetap survive namun karena konsolidasi maka kesepakatan tersebut lebih sulit dibandingkan sebelumnya,” kata Edward kepada Bisnis, Sabtu (12/9).
Dia memperkirakan bahwa pandemi Covid-19 yang menghantam sejumlah sektor beresiko atau sektor yang mengharuskan kontak fisik, akan membuat arus pendanaan pada akhir tahun lebih banyak mengalir ke perusahaan rintisan yang bergerak di sektor kesehatan, edukasi dan pertanian.
Adapun mengenai PSBB Jilid II yang rencananya diterapkan Senin (14/9), Edward mengatakan bahwa kondisi perusahaan rintisan pada PSBB jilid II berbeda dengan PSBB jilid I. Perusahaan rintisan masih memiliki tabungan saat PSBB jilid I diterapkan, adapun PSBB jilid II diperkirakan kondisi keuangan perusahaan rintisan telah menipis akibat pandemi yang berkepanjangan.
Menurutnya perusahaan rintisan yang tidak melakukan pivot saat PSBB jilid I dan tidak memiliki produk yang relevan dengan kebijakan PSBB, akan sulit bertahan di tengah pandemi Covid -19, khususnya pada PSBB jilid II.
“Perlu diingat bahwa pada jilid I pun kondisi bisnis belum penuh kembali seperti pra-Covid, jadi bagi para startup yang tidak pivot dipastikan akan sulit bertahan,” kata Edward.
Dia berharap agar PSBB jilid II tidak selama jilid I. Perusahaan rintisan di sektor perjalanan, kecantikan, otomotif dan lainnya, akan terpengaruh selama PSBB jilid II.
Sementara itu, lanjutnya, bagi perusahaan rintisan yang bergerak di sektor digital akan memiliki peluang untuk menjadi mitra pemerintah provinsi maupun daerah dalam membantu pergerakan ekonomi terdampak.
“Saat ini startup edukasi teknologi, kesehatan, finansial, dagang el, last mile delivery dan digital advertising sudah bergerak dalam periode PSBB sebelumnya,” kata Edward.
Berdasarkan data Amsevindo, hingga kuartal II/2020, sebanyak 32 perusahaan rintisan telah menerima pendanaan. Pendanaan didominasi oleh sektor finansial teknologi (7) menyusul digital (4) kemudian ritel, edukasi, dan logistik (3).
Dari seri pendanaan, pendanaan tahan awal masih yang terbesar (12) disusul oleh seri A (9) seri C (3) dan seterusnya.
Sementara itu, berdasarkan survei dampak pandemi terhadap pelaku ekonomi digital yang dilakukan oleh Katadata Insight, hanya 25 persen perusahaan rintisan yang bergerak di sektor pariwisata yang dinyatakan mampu bertahan selama 1 tahun saat pandemi.
Baca Juga Atsindo Berharap PSBB Jilid II Ditunda |
---|
Lanjutnya, 36,3 persen startup pendidikan dinyatakan mampu bertahan selama 1 tahun, 48,4 persen perusahaan startup dagang El, dan 50 persen untuk startup di sektor ke logistik, maritim.
Masih dalam riset yang sama, daya tahan perusahaan rintisan disebutkan tidak memiliki waktu yang lama selama pandemi.
Dari 139 eksekutif perusahaan digital yang terlibat dalam riset kata data, sebanyak 10,1 persen menyatakan hanya mampu bertahan selama 3 bulan, 20.1 persen menyatakan mampu bertahan selama 3-6 bulan, 20,9 persen menyatakan mampu bertahan 6-12 bulan dan 48,9 persen lebih dari 1 tahun.