Bisnis.com, JAKARTA – Penelitian terbaru menemukan bahwa polusi mikroplastik menyebabkan kerusakan signifikan pada populasi tungau penghuni tanah, larva, dan makhluk kecil lainnya yang bertugas menjaga kesuburan tanah.
Dilansir dari The Guardian, Rabu (2/9/2020) studi tersebut mencatat bahwa kantung, gelas, benang, dan bentuk sampah plastik lainnya yang dibuang lebih terkonsentrasi di daratan ketimbang lautan. Konsekuensinya sama-sama merugikan bagi kekayaan spesies yang hidup di bawah permukaan.
Tungau, cacing gelang, springtail, dan bentuk mikroarthropoda serta nematoda lainnya hampir tidak terlihat oleh mata manusia, tetapi memiliki peranan penting dalam mendaur ulang karbon dan nitrogen. Selain itu, spesies tersebut juga memecah bahan organik menjadi bentuk yang dapat dikonsumsi bakteri.
Namun demikian, makalah anyar yang diterbitkan dalam Proceedings of the Royal Society mengungkap bahwa spesies tanah ini makin terancam oleh sampah sintesis berbahan dasar minyak.
Laporan itu mencatat manusia telah menghasilkan 6.300 juta metrik ton sampah plastik sejak 1950, dengan 79 persen di antaranya terkumpul di pembuangan sampah hingga melebar ke lingkungan alam sekitar.
Para peneliti menggunakan pendekatan studi lapangan tentang bagaimana hal tersebut dapat memengaruhi kelimpahan mikroarthropoda, nematoda, dan mikro organisme lain seperti bakteri dan jamur.
Mereka membagi sebidang tanah subtropis di Jinfoshan, Chongqing di China menjadi 6 blok yang masing-masingnya berisi 4 area uji. Setiap area sengaja dikontaminasi dengan 4 fragmen polietilen densitas rendah dengan kadar berbeda-beda.
Setelah dibiarkan meresap ke dalam tanah selama 287 hari, para peneliti mengumpulkan lima sampel dan menghitung jumlah spesies yang ditemukan di dalamnya. Hasilnya, pada tingkkat tertinggi pencemaran plastik, mereka menemukkan penurunan signifikan dari spesies tanah.
Spesies yang paling terdampak adalah arthropoda dengan subspesies hymenoptera (semut) dengan penurunan 62 persen, larva turun 41 pesen, larva diptera (lalat) turun 30 persen. Adapun tungau oribatid turun 15 persen dan nematoda turun 20 persen.
Kendati bakteri dan jamur relatif tidak terpengaruh, makalah tersebut menyimpulkan bahwa efek mikroplastik sangat berbahaya karena dapat mengalir di jaring makanan tanah, yang mengarah pada modifikasi fungsi mikroba. Konsekuensinya berdampak pada karbon tanah dan siklus hara.
Para peneliti menyerukan studi lebih lanjut pada kedalaman yang berbeda di lingkungan lain. Mereka juga berharap pengurangan penggunaan plastik untuk menghindari limbah yang dapat membawa dampak buruk secara luas.