Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan keamanan siber, Kaspersky melalui laporan terbarunya menemukan dari sepertiga milenial (37%) berpikir mereka target yang membosankan bagi para pelaku kejahatan siber.
Andrew Winton, Vice President, Marketing di Kaspersky menjelaskan bahwa melalui laporan global terbaru Kaspersky, More Connected Than Ever Before: How We Build Our Digital Comfort Zones, mengeksplorasi tentang bagaimana orang-orang mengubah kebiasaan dalam kehidupan mereka untuk tetap merasa nyaman dengan kehadiran teknologi.
Dia melihat meskipun para milenial memiliki tendensi untuk memperketat keamanan daring mereka, namun nyatanya tindakan yang dilakukan menunjukkan cerita berbeda.
“Banyaknya milenial yang berpikir bahwa mereka terlalu membosankan untuk menjadi target para pelaku kejahatan siber, sebanyak 36% mengatakan sadar harus berbuat lebih banyak untuk memperkuat keamanan digitalnya, namun masih belum tidak menjadikannya prioritas utama dalam to-do-list mereka,” ungkapnya lewat rilis resminya, Sabtu, (25/7)
Dia mengatakan bahwa akibat normal baru yang memaksa banyak orang untuk bekerja dari rumah, rumah menjadi pusat teknologi bagi para milenial.
“Mereka sekarang menghabiskan hampir dua (1,8) jam ekstra di dunia daring setiap hari dibandingkan dengan awal tahun, menjadikan rata-rata harian mereka mencapai 7,1 jam sehari. Hampir setengah (49%) mengatakan peningkatan waktu daring ini membuat mereka lebih sadar akan keamanan digitalnya,” ungkapnya.
Dari laporan tersebut juga mencatatkan bahwa kaum milenial menghabiskan sebagian besar waktunya di media sosial, dan hampir dua pertiga (61%) mengatakan bahwa peningkatan kencan daring dari rumah menjadi perhatian khusus bagi keamanan digital mereka.
Lebih lanjut untuk mengatasi masalah ini, hampir setengah (52%) milenial sekarang mengatakan bahwa mereka hanya menjalankan aplikasi yang dapat dipercaya pada perangkat dari toko resmi seperti Apple Store dan Google Play.
“Dan sebanyak 49% menjalankan pemindaian anti-virus regular pada setiap perangkat mereka untuk perlindungan diri. Namun, garis mengganggu juga muncul dengan sebesar 13% milenial mengaku menggunakan Wi-Fi tetangga mereka secara diam-diam,” tuturnya.