Bisnis.com, JAKARTA – Tak dapat dipungkiri perkembangan esports di Indonesia dari tahun ke tahun makin pesat. Namun, perkembangan tersebut masih belum didukung oleh keberadaan liga nasional layaknya cabang olahraga konvensional yang sudah lebih dahulu populer.
Menurut CEO Tim Esports Rex Regum Qeon Adrian Pauline liga nasional esports dibutuhkan untuk meningkatkan partisipasi dari atlet esports daerah yang belum tersentuh oleh turnamen-turnamen di kota besar. Selain itu, yang tak kalah penting adalah mengubah stigma negatif terkait esports di tengah-tengah masyarakat, terutama orang tua.
“Sekarang sudah lumayan diseriusi karena esports ini memang sudah masuk radar pemerintah. Sudah ada Pengurus Besar (PB) Esports Indonesia, dukungan dari pemerintah sudah ada tinggal dimaksimalkan dukungan tersebut disiapkan liga nasionalnya untuk menjaring bibit-bibit atlet terbaik,” katanya dalam sebuah diskusi pada Selasa (21/7/2020).
Dengan adanya liga esports nasional menurut Adrian pengembangan esports di Indonesia juga bisa lebih terarah dan terstandardisasi. Liga esports nasional yang saat ini tengah dikembangkan oleh PB Esports Indonesia regulasi dan ketentuan permainannya akan diatur sedemikian rupa dengan standar internasional.
Kemudian berbicara mengenai perkembangan esports di Indonesia secara keseluruhan, menurut Adrian juga perlu didukung oleh infrastruktur yang memadai, khususnya jaringan internet. Karena tak dapat dipungkiri jika cabang olahraga yang satu ini tak begitu populer di daerah lantaran terbatasnya jaringan internet, terutama dari segi kecepatan jaringan.
“Infrastruktur ini juga masih perlu ditingkatkan. Tetapi harapan kami positif karena sudah ada sinyal positif yang mana orang-orang dengan powernya di pemerintahan mulai memperhatikan esports sebagai cabang olahraga yang menjanjikan dan perlu dibesarkan,” tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Indonesia Esports Association (IESPA) Andrew Tobias mengatakan bahwa secara umum perkembangan esports di Indonesia sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. Indonesia menurutnya sudah mulai mengerjar ketertinggalannya dengan negara-negara dimana esports sudah populer sejak lama.
“Walaupun masih ketinggalan tetapi sudah jauh lebih baik. Dulu mungkin ketinggalan 10 tahun sekarang ya sudah dua tahun saja. Kalau melihat perkembangannya seperti sekarang ini mungkin tak lama lagi kita bisa seperti mereka,” katanya.
Namun, Andrew tak menampik bahwa masih banyak hal yang perlu dibenahi untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Tidak hanya infrastruktur semata, tetapi juga informasi positif mengenai esports yang perlu ditingkatkan kembali.
“Infrastuktur menyebabkan kesempatan tidak merata, kemudian informasi atau berita-berita positif mengenai esports yang disebarkan ke masyarakat masih kurang. Lebih banyak berita negatif yang imbasnya ke stigma negative esports juga,” ungkapnya.
Terakhir, Andrew juga mengingatkan kepada seluruh pihak yang berkecimpung dalam dunia esports di Tanah Air untuk memanfaatkan sebaik-baiknya dukungan yang diberikan oleh pemerintah. Menurutnya, pemerintah tidak main-main dalam pengembangan esports yang dapat dikatakan sebagai hal baru bagi masyarakat Indonesia.
“Asian Games 2018 esports dijadikan turnamen eksibisi tanpa medali. Kemudian di SEA Games esports dijadikan turnamen dengan medali. Dukungan dari pemerintah dalam hal ini Kemenpora dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) terus mengalir. Tinggal manfaatkan sebaik-baiknya untuk meraih prestasi dan membuat esports makin dicintai masyarakat,” tutupnya