Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan peer-to-peer (P2P) lending di Tanah Air masih dihadapkan sejumlah kendala dalam meningkatkan penetrasi ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia.
Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi mengatakan setidaknya terdapat dua kendala utama. Pertama adalah sulitnya akses permodalan bagi UMKM. Pasalnya, hampir 80 persen pelaku UMKM diperkirakan belum memiliki akses terhadap pembiayaan bank lantaran belum mampu memenuhi kelaikan yang menjadi standar pemberian kredit.
Kedua, jelas dia, luasnya segmen UMKM di Indonesia. Dia mengatakan kondisi tersebut mengharuskan perusahaan P2P lending menemukan segmen yang cocok.
"Apakah main di [sektor] mikro, menengah atau kecil. Karena profilnya beda-beda," ujar Adrian kepada Bisnis, Rabu (29/1/2020).
Dia menambahkan, untuk masuk ke dalam ekosistem UMKM di Indonesia, perusahaan P2P lending tidak bisa dengan hanya mengandalkan layanan peminjaman modal. Namun, perusahaan juga harus dapat memberikan solusi bisnis, baik itu dalam bentuk investasi ataupun kolaborasi bisnis.
Adrian mengatakan upaya kolaborasi dengan perusahaan penyedia solusi masih menjadi strategi utama perusahaan teknologi finansial atau P2P lending untuk memperluas akses pembiayaan ke UMKM pada tahun ini.
Sekedar catatan, Studi INDEF dan Asosiasi Fintech Indonesia 2019 mengungkapkan P2P lending berkontribusi hingga Rp60 triliun terhadap perekonomian nasional, menambah 362 ribu orang tenaga kerja, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan dinilai berdampak terhadap penurunan kemiskinan sebanyak 177 ribu orang.