Bisnis.com, JAKARTA - Jungle Ventures, perusahaan modal ventura tahap awal Asia Tenggara, berencana melakukan pendanaan Seri A kepada dua perusahaan rintisan berbasis konsumer asal Indonesia pada Desember 2019.
Managing Partner Jungle Ventures David Gowdey mengatakan rencana tersebut merupakan bagian dari upaya perusahaan dalam meningkatkan fokusnya di Indonesia, terutama di sektor konsumer konsumer dan perangkat lunak.
Dia tidak mengungkapkan lebih spesifik mengenai perusahaan rintisan yang bakal mendapatkan kucuran dana, tapi Gowdey menjelakan Jungle Ventures tengah mencari pimpinan perusahaan rintisan Tanah Air dengan kualitas tinggi serta sesuai dengan kriteria perusahaan.
"Kami perlu melanjutkan pembangunan ekosistem [perusahaan rintisan] di Indonesia, mereka masih memerlukan investasi guna meningkatkan skala bisnis," ujar Gowdey di Jakarta akhir pekan lalu.
Adapun, perusahaan yang belum lama ini berhasil mengumpulkan total pendanaan sebesar US$240 juta, termasuk US$40 juta yang diperoleh secara terpisah dalam komitmen akun kelolaan (managed account), sudah menyusun rencana untuk melakukan beberapa seri pendanaan di Tanah Air sampai dengan 2020.
Gowdey mengatakan Jungle Ventures berencana mengucurkan pendanaan Seri C sekitar US$3 juta, dan dilanjutkan dengan pendanaan Seri B dengan kisaran modal US$7,5 juta -- US$8 juta, serta Seri A dengan kisaran US$3 juta -- US$5 juta yang rencananya dikucurkan pada 2020.
Secara keseluruhan, dalam pendanaan tahap keduanya Jungle Ventures berencana berinvestasi di sebanyak 13 perusahaan dengan total uang mencapai ratusan juta dollar Amerika Serikat.
Pendanaan oleh Jungle Ventures di Indonesia juga merupakan strategi jangka panjang dengan kurun waktu sampai dengan 10 tahun.
Hal itu, jelasnya, tidak terlepas dari tensi perang dagang antara China dan Amerika Serikat yang dinilai memberikan keuntungan kepada pasar Asia Tenggara, di mana akan banyak produk manufaktur asal China yang diperkirakan bakal dikapalkan ke Tanah Air karena efek perang dagang tersebut.
Selain itu, Co-Founder and Managing Partner Jungle Ventures Amit Anand sebelumnya mengatakan kawasan Asia Tenggara telah menjadi pasar yang lebih homogen dibandingkan dengan pasar lain yang sudah lebih 'maju' dengan lebih dari 250 juta anak muda yang terkoneksi dengan internet.
Meningkatnya penetrasi internet, perubahan demografis, serta penggunaan teknologi satu seluler selama dekade terakhir menjadi faktor utama.
"Kami menyaksikan adanya perubahan pasar dan kami mengutamakan sejumlah perusahaan yang mulai menjadi pemimpin di satu pasar," ujar Anand.
Pada perkembangan lain, Jungle Ventures sendiri telah mengumpulkan pendanaan dengan jumlah dua kali lipat lebih besar dari pendanaan sebelumnya, yakni Jungle Ventures II pada 2016, dengan hampir 60% pendanaan berasal dari luar Asia.
Sementara dalam penggalangan dengan total sebesar US$240 juta yang berhasil digalang Jungle Ventures baru-baru ini, sebanyak 70% investor baru mengambil porsi atas dana investasi tersebut, dan sisanya merupakan investor yang telah bergabung sebelumnya.
Kalangan investor tersebut berasal dari sektor dana abadi (endowment), funds of funds, lembaga keuangan untuk program pembangunan, pengelola aset keluarga yang strategis (strategic family office), dan pelaku sektor teknologi yang ternama.
Investor yang tergabung dalam pendanaan Jungle Ventures meliputi DEG, lembaga pembiayaan pembangunan Jerman; IFC, anggota World Bank Group; Bualuang Ventures, perusahaan modal ventura milik Bangkok Bank; FMO, bank pembangunan Belanda; Cisco Investment, Temasek Singapura, serta beberapa nama investor lainnya.
Selain itu, lebih dari 90% modal berasal dari investor institusional yang mencakup Amerika Utara, Eropa, Timur Tengah dan Asia.