Bisnis.com, JAKARTA — Peta persaingan platform dagang-el di Tanah Air pada tahun ini makin berwarna dengan beragam ekspansi dan inovasi.
Setelah diramaikan dengan tren gamifikasi, fasilitas berbelanja O2O (online to offline), kini pengembangan teknologi kecerdasan buatan dan pengiriman barang dengan pesawat nirawak (drone) menjadi inovasi terkini yang dibanggakan para pemain dagang-el.
Dalam hal pengiriman barang, beberapa perusahaan seperti Shopee dan Bukalapak mulai menunjukkan keberaniannya untuk mengirimkan produk ke Asia Tenggara, sementara Tokopedia memfokuskan ambisi untuk menguasai pasar dagang-el nasional.
Lantas, manakah yang akan memenangkan persaingan?
Co-Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya belum lama ini mengaku akan fokus membidik pertumbuhan gross merchandize value (GMV) sebanyak dua kali lipat pada tahun ini.
Dia menolak bila angka pertumbuhan itu disebut melambat dibandingkan dengan pertumbuhan Tokopedia pada tahun-tahun sebelumnya yang dapat mencapai 3 hingga 4 kali lipat. Pasalnya, skala bisnis dan nilai GMV yang diincar perusahaan juga makin membesar.
“Kita tidak bisa membandingkan pertumbuhan startup yang baru memulai dengan bisnis kita. Jadi bukan slow down, tetapi skala yang dikejar lebih besar.”
Dia menambahkan, per Mei 2019, Tokopedia mencatat total nominal transaksi senilai US$1,3 miliar atau Rp18.5 triliun.
William menyatakan Tokopedia belum berniat ekspansi ke negara lain. Dia justru memperkenalkan lini bisnis gudang pintar baru bernama TokoCabang.
Dengan layanan ini, para penjual di Tokopedia dapat menitipkan stok produknya di gudang pintar dan dibantu menangani pesanan yang masuk, mengemasnya, hingga menyerahkannya ke kurir pengiriman. Saat ini, TokoCabang baru tersedia di Jakarta, Bandung dan Surabay.
Bukalapak justru mengincar pasar Singapura, Malaysia, Hong Kong, Taiwan dan Brunei Darusaalam lewat fitur BukaGlobal yang diluncurkan pada Mei.
Co-Founder sekaligus Presiden Bukalapak Fajrin Rasyid mengatakan upaya ini adalah gerbang yang akan menghubungkan para pelaku UMKM ke pasar global.
“Kali ini kami ingin jadi yang pertama menembus batas antarnegara dan membuat barang Indonesia bisa dijual ke pasar global.”
Namun, belum semua pelapak dapat bertransaksi via BukaGlobal karena saat ini dibatasi untutk pelapak terkurasi di DKI Jakarta dan Tangerang.
Di sisi lain, Shopee Indonesia juga telah meluncurkan program ekspor pertama produk UMKM bertajuk Kreasi Nusantara dari Lokal untuk Global ke Malaysia, Thailand, Taiwan, Vietnam, dan Filipina.
Radityo Triatmojo, Head of Government Relations Shopee menyatakan, sejak diluncurkan pada tahun lalu, laman Kreasi Nusantara telah mengurasi sekitar 25.000 produk UMKM lokal setiap pekan dengan peningkatan transaksi hingga 8 kali lipat.
Ketua Asosiasi E-Commerce Indonesia Ignatius Untung menyatakan platform dagang-el berlomba-lomba ekspansi ke luar negeri guna melebarkan pasarnya.
“[Tantangan] yang paling sulit adalah biaya logistik yang tinggi untuk mengirim ke luar negeri. Beberapa marketplace barangnya bisa dikirim dari sini gratis ongkos kirim,” ujarnya.
Di lain sisi, dia menilai strategi ekspansi Tokopedia yang fokus di dalam negeri juga dapat menjadi peluang bisnis yang menjanjikan.
Terlebih, dengan mengandalkan kecerdasan buatan, para penjual dapat memprediksi dan menyetok barang yang akan laku sehingga mempercepat perputaran transaksi.
Setiap perusahaan memiliki strategi pengembangan bisnisnya masing-masing. Namun, selama ini pertumbuhan pengguna dagang-el selalu sejalan dengan pertumbuhan pengguna internet di Tanah Air.
Selain itu, besarnya alokasi belanja promosi dan edukasi juga kerap menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan jumlah pengguna aktif bulanan platform dagang-el.