Satelit HTS Pangkas Biaya BTS 4G di Wilayah Terpencil

Leo Dwi Jatmiko
Selasa, 23 April 2019 | 14:00 WIB
Wisatawan menikmati pemandangan Gunung Bromo dengan latar belakang Base Transceiver Station (BTS) Telkomsel di penanjakan satu Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (19/5)./Antara-Zabur Karuru
Wisatawan menikmati pemandangan Gunung Bromo dengan latar belakang Base Transceiver Station (BTS) Telkomsel di penanjakan satu Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (19/5)./Antara-Zabur Karuru
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Program satelit kapasitas tinggi milik pemerintah memangkas biaya perluasan jaringan 4G LTE ke wilayah terpencil di Indonesia.

Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Anang Latif menjelaskan, pada pembangunan awal base transceiver station (BTS) Bakti Sinyal, pihaknya tidak langsung menggunakan BTS berteknologi 4G karena biaya pemanfaatan BTS 4G sangat besar.

Dia memberi contoh, jika menggunakan BTS 4G, Bakti harus menggunakan bandwith 4 Mbps dengan kisaran harga senilai Rp100 juta/bulan, sedangkan untuk BTS berteknologi 2G hanya Rp25 juta—Rp35 juta/ bulan.

 “Kami harus investasi 4 kali lebih mahal untuk 4G. Makanya dengan adanya satelit Nusantara I ketika siap beroperasi, perlahan kami ganti ke 4G,” kata Anang.

Anang menuturkan hingga saat ini terdapat tiga operator seluler yang telah memanfaatkan BTS  BAKTI Sinyal antara lain, PT Telekomunikasi Selular, PT Indosat Tbk. dan  PT XL Axiata Tbk.

Dia mengatakan bahwa rencana peningkatan teknologi telah dibicarakan kepada operator seluler. Anang optimistis operator seluler tetap mengikuti program Bakti Sinyal, meskipun pengadaan BTS 4G di kawasan  BAKTI Sinyal nantinya ditanggung oleh operator seluler.

“Memang operator harus investasi BTS di lokasi baru, cuma pengadaan BTS itu hanya 10% dari total biaya investasi bangun jaringan. Dalam membangun jaringan yang terbesar adalah biaya pengadaan lahan, listrik, saluran satelit dan tower. Biaya tersebut ditanggung  BAKTI,” kata Anang.

Anang mempermisalkan jika operator seluler mau investasi sendiri di kawasan 3T maka harus merogoh kantong senilai Rp100 juta, sedangkan pendapatan dari daerah 3T hanya Rp50 juta. Oleh karena itu  Bakti menawarkan agar operator seluler cukup investasi Rp10 juta saja untuk BTS.

Sedangkan Rp90 juta sisanya, sambung Anang, untuk biaya listrik dan saluran satelit ditanggung oleh  Bakti. Anang menambahkan rencana peningkatan BTS menjadi 4G tidak luput dari proses sewa Satelit Nusantara I dari PT Pasifik Satelit Nusantara.  

 “Logikanya mereka menyediakan Rp10 juta, dapat minimal Rp50 juta, insyaallah setuju lah,” kata Anang.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper