Cara Perangi Hoaks Jelang Hari Pencoblosan 17 April 2019

Leo Dwi Jatmiko
Sabtu, 13 April 2019 | 10:04 WIB
Menkominfo Rudiantara menyampaikan paparan ketika mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (31/5). Rapat kerja itu membahas tentang penanganan serangan virus ransomware 'wannacry' dan penyebaran hoax./Antara-Wahyu Putro A
Menkominfo Rudiantara menyampaikan paparan ketika mengikuti rapat kerja dengan Komisi I DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (31/5). Rapat kerja itu membahas tentang penanganan serangan virus ransomware 'wannacry' dan penyebaran hoax./Antara-Wahyu Putro A
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengungkapkan jumlah hoaks menjelang pemilu terus bertambah.

Tercatat pada periode Agustus 2018 – Maret 2019 jumlah hoaks yang berhasil diidentifikasi oleh Kemenkominfo sebannyak 1.124 hoaks. Angka ini terus meningkat tiap bulannya. Bahkan pada Maret 2019 saja, jumlah hoaksyang menyebar di masyarakat mencapai 453 hoaks.

Diketahui juga, dari total hoaks yang tersebar pada periode Agustus 2018 – Maret 2019, hoaks mengenai politik mendominasi dengan total 319hoaks atau 26,06% dari total hoaks yang berhasil diindentifikasi. Disusul kemudian hoaks mengenai kesehatan dan pemerintahan masing-masing 182 dan 170.

Untuk menekan jumlah hoaks yang semakin banyak, Kemenkominfo menyiapkan sejumlah cara dari hulu hingga hilir. Maksudnya, di hilir Kemenkominfo terus mengedukasi masyarakat. Sedangkan di hilir, bekerjasama dengan sejumlah instansi Kemekominfo melakukan tindakan mulai take down atau memblokir aplikasi hingga penindakan secara hukum.

Berikut sejumlah langkah di hulu yang tengah disiapkan dan telah dilakukan:

Kerja sama  dengan operator seluler

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) juga berencana menggandeng operator seluler dalam meningkatkan literasi masyarakat terhadap informasi digital, guna menghindari tersebarnya kabar bohong atau hoaks.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, dalam menghadapi hoaks, pemerintah berencana untuk terus meningkatkan literasi masyarakat terhadap informasi digital.  Salah satu caranya lewat kerja sama dengan operator seluler.

Dia menerangkan dalam kerja sama tersebut operator seluler diharapkan dapat mengirimkan pesan singkat kepada para pelanggannya minimal seminggu sekali.

Dalam pesan singkat tersebut, lanjutnya, pelanggan akan diarahkan kepada satu situs tertentu yang berisi tentang edukasi mengenai digital. 

“Kita bisa kerja sama dengan operator, ongkosnya lebih murah karena operator tidak hanya mendapat bisnis. [dengan] operator kirim ke semua pelanggan pakai SMS, inikan bagian dari CSR operator, kalau masyarakat betul-betul autodidak belajar digital kita dari situ saja [mengedukasinya]” kata Rudiantara.

 Chatbot Antihoaks

Kementerian Komunikasi dan Informati (Kemenkomifo) menyediakan layanan chat bot yang bernama Chatbot Anti Hoaks dalam rangka memerangi hoaks yang beredar. Kemenkominfo bekerja sama dengan start up, PT Prosa Solusi Cerdas dalam membangun Chatbot Anti Hoaks


Chatbot Antihoaks saat ini hanya berada di aplikasi Telegram. Untuk memanfaatkan program ini, pengguna hanya perlu mencari alamat @chatbotantihoaks di Telegram dan memasukan link atau teks yang masih diragukan kebenaran informasinya.

Program tersebut akan memanfaatkan AI untuk mendekteksi artikel, berita atau tulisan untuk kemudian memberikan kepastian apakah informasi tersebut benar atau hoaks yang disertai dengan link hoaks serupa. Adapun jika hoaks tersebut baru tersebar, program akan menampung data lebih dahulu.

 Buku Digital Edukasi

Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan peluncuran program andalan dan seri buku literasi digital. 

Program ini merupakan salah satu upaya meningkatkan kompetensi pengguna Internet di Indonesia. Selain lewat buku literasi, GNLD juga melakukan beberapa program unggulan lainnya, seperti Pandu Digital, School of Influencer dan peningkatan kompetensi literasi digital bagi gerakan Pramuka bekerja sama dengan pramuka Jawa Tengah bertajuk Saka Milenial (httpllsakamilenial.acouts.id). 

Ketiganya diresmikan bersama delapan (8) buku literasi digital dan bunga rampai dalam menyambut pemilu serentak April 2019 berjudul "Demokrasi Damai Era Digital". 

Sejak Januari 2018, Siberkreasi telah meluncurkan 65 buku dengan berbagai topik yang mendukung kerangka literasi digital. 

Buku-buku tersebut dapat diakses, diunduh dan diperbanyak secara bebas melalui laman web htpp:/literasidisitalid/. Hingga saat ini, jumlah unduhan sudah mencapai 150.000 kali. Tema-tema buku beragam mulai dari pola asuh digital, ekonomi digital, keamanan siber, tutorial bermedia sosial, hingga buku kerja khusus bagi anak muda maupun anak-anak.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Nancy Junita
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper