Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan mulai tahun ini Indonesia memerlukan investasi untuk keperluan pembangunan infrastruktur digital dengan jumlah besar.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara mengatakan untuk saat ini pemerintah sudah dapat memastikan bahwa angka investasi di sektor tersebut nilainya akan lebih besar untuk 2 tahun mendatang.
“Dipastikan angka (investasi) untuk 2 tahun mendatang lebih besar dengan mengombinasikan teknologi yang lebih efisien dengan kemampuan yang lebih besar,” jelasnya kepada Bisnis, Minggu (3/3/2019).
Lebih lanjut, Rudiantara mengungkapkan bahwa Kemenkominfo tengah melakukan penghitungan nilai investasi untuk pembangunan infrastruktur digital untuk jangka waktu 5 tahun mendatang.
Sementara itu, dalam sebuah studi yang dilakukan Axiata dan A.T. Kearney disebutkan Pemerintah Indonesia perlu meningkatkan nilai investasi untuk sektor infrastruktur digital menjadi 2,5% dari total PDB atau Rp275-300 triliun per tahun untuk 5 tahun ke depan.
Hal tersebut diperlukan khususnya untuk area-area yang dinilai krusial, seperti keamanan siber, jaringan, dan komputasi awan.
Adapun, area-area yang dianggap krusial tersebut, meliputi keamanan, jaringan, komputasi awan, data analytics, Internet of Things (IoT), otomatisasi, area kerja digital, omnichannel customer experience, deep customization, dan enhanced responsiveness.
Lebih lanjut, laporan A.T. Kearney itu menyebutkan investasi infrastruktur digital di Tanah Air saat ini setara 1,3% dari total PDB. Angka tersebut berada di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Thailand (2,4%), Malaysia (4,5%), dan Singapura (6,6%).
Selain itu, berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, mendekati akhir 2018 lalu Indonesia berada di barisan belakang dalam hal realisasi investasi keamanan siber dengan porsi 0,02% dari total PDB.
Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan China sebesar 0,03%, Filipina dan Vietnam sebesar 0,04%, Thailand sebesar 0,05%, dan Malaysia 0,08%.