Bisnis.com, JAKARTA – Penggunaan teknologi blockchain diyakini akan berkembang dan memberi dampak positif di bidang-bidang tertentu meskipun pamor cryptocurrency (mata uang kripto) memudar.
Menurut penyedia layanan investasi multinasional JPMorgan Chase & Co., dampak blockchain mungkin baru akan benar-benar dirasakan dalam beberapa tahun mendatang. Namun teknologi ini akan memberikan peningkatan bahkan ketika cryptocurrency bergerak sempoyongan.
“Blockchain tidak akan menciptakan kembali sistem pembayaran global, tetapi akan memberi peningkatan-peningkatan marjinal,” ungkap ketua riset global JPMorgan, Joyce Chang, seperti dilansir Bloomberg.
“Dampak paling berarti mungkin akan dirasakan tiga hingga lima tahun ke depan dan sebagian besar [dialami] pada keuangan perdagangan,” lanjutnya.
Solusi blockchain untuk bidang keuangan perdagangan lebih memberikan dampak daripada beberapa lainnya karena potensi yang tinggi dalam hal efisiensi dari digitalisasi, menurut laporan analis dan pakar strategi JPMorgan pada 24 Januari, yang dipimpin oleh Chang.
“Meski cryptocurrency telah menarik perhatian terbesar, teknologi dasarnya yang digunakan untuk memverifikasi dan mencatat segala transaksilah yang penting,” jelas Chang.
Dalam wawancara itu, Chang mengutip Jaringan Informasi Antarbank (Interbank Information Network/IIN), yang dikembangkan oleh JPMorgan dan didukung oleh Quorum, yang didasarkan pada blockchain Ethereum.
IIN, yang kini memiliki 157 bank dalam jaringannya dari seluruh penjuru dunia, dimaksudkan untuk mengatasi beberapa tantangan berbagi informasi antarbank dan untuk membantu pembayaran mencapai penerimanya dengan lebih cepat.
Penggunaan blockchain oleh bank-bank Spanyol juga dikenal luas. Banco Santander telah menjadi pelopor dalam menerapkan teknologi blockchain di industri perbankan tradisional, menurut laporan itu.
Sementara itu, kelompok perbankan Spanyol BBVA menjadi bank pertama di dunia yang memanfaatkan teknologi blockchain selama seluruh proses penerbitan pinjaman perusahaan senilai EUR75 juta (US$86 juta).
Terlepas dari dampaknya yang menjanjikan, blockchain masih memiliki sejumlah isu untuk diatasi. “Empat tantangan nyatanya adalah skalabilitas, integrasi, efisiensi biaya, dan regulasi,” terang Chang.
Dan tentu saja, penggunaan blockchain yang paling dikenal luas untuk cryptocurrency terlihat tidak begitu mengesankan saat ini. Harga bitcoin, cryptocurrency paling populer, telah melorot lebih dari 80% dari level tertingginya pada Desember 2017, dan diperdagangkan di level US$3.387,15 pada jam 9.30 pagi hari ini, Rabu (30/1/2019) di Singapura.
Eskalasi ancaman regulasi, larangan pembelian mata uang kripto, penutupan bursa pertukaran cryptocurrency, serta kekhawatiran atas potensi penipuan dan peretasan menjadi beberapa alasan di balik kemerosotan cryptocurrency.
“Sangat sulit untuk dapat melalui isu-isu regulasi, seperti kurangnya persetujuan ETF (exchange-traded fund) criptocurrency oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS,” katanya.
Tetap saja, Chang melihat potensi blockchain secara keseluruhan.
“Kita perlu memisahkan blockchain dari cryptocurrency. Ada kemajuan yang dibuat terkait blockchain, ada cerita penggunaan-penggunaan yang sukses.”