Bisnis.com, JAKARTA -- International Consumer Elektronik Expo (ICEE) Indonesia menargetkan nilai transaksi lebih dari Rp100 miliar pada pelaksanaan ke-3 tahun ini.
Direktur Utama PT Surya Dirgantara Sukses, Siswadi mengatakan nilai transaksi pada pelaksanaan ICEE Indonesia 2016 dan 2017 masing-masing mencapai Rp20 miliar dan Rp60 miliar.
Pencapaian tahun ini akan lebih besar karena antusiasme baik dari pelaku usaha China dan Indonesia semakin besar setiap tahunnya.
"Kalau kita memasang target kan boleh-boleh saja, dan jika kita melihat trennya itu memang selalu meningkat," kata Siswadi kepada Bisnis, usai konferensi pers ICEE Indonesia, Senin (3/12/2018).
Dia mengatakan pasar elektronik Indonesia cukup besar. Hal tersebut setidaknya dapat dilihat dari penggunaan dua telepon genggam dari sebagaian besar masyarakat Indonesia.
"Bahkan, kami diberitahu bahwa pendaftaran nomor telepon genggam itu mencapai lebih dari 300 juta, sedangkan penduduk Indonesia hanya sekitar 260 juta. Artinya potensinya besar."
Selain itu, katanya yang datang dari China dan Hongkong nantinya akan mendatangkan barang-barang dengan terknologi mutakhir dengan harga yang lebih bersaing. "Indonesia pastinya membutuhkan barang-barang tersebut," ujaranya.
Meski demikian, Siswadi mengatakan target Rp100 miliar tersebut belum besar bagi ICEE Indonesia, dan seharusnya bisa lebih tinggi.
Menurutnya, hal tersebut dikarenakan masih banyaknya pelaku usaha Indonesia yang enggan untuk bermitra dengan pelaku usaha baru, sehingga potensi kerjasama dari penyelenggaraan expo kurang begitu maksimal di Indonesia.
"Iya kalau pelaku Indonesia sudah punya , pastinya partner susah beralih. Ada karena masalah kepercayaan, tetapi lebih besar karena permasalahan strategi, yang mana mereka lebih mudah berkomunikasi dengan mitra lama, dan mereka bisa menunda pembayaran juga selayaknya teman," jelasnya.
Adapun, Vice President Shenzhen CZE World Trade Exibition co.,Ltd Ya Han menjelaskan ICEE Indonesia akan diadakan pad 7-9 Desember 2018.
Acara ini akan memamerkan produk dari 175 pelaku usaha (80% China, 10% Hongkong dan 10% Indonesia) dan mendatangkan sekitar 10.000 pengunjung.
Produk-produk yang dipamerkan adalah alat komunikasi dan aksesorisnya, komputer, perangkat lunak, dan perangkat keras, perlatan elektronik portable, gaming, dan peralatannya, wearables, smart technology, komponen listrik dan meterialnya, dan banyak lagi.
"Akan ada banyak program yang akan diselenggarakan selama pameran ICEE INdonesai dan para pembeli memiliki kesempatan berkomunikasi secara langsung dengan para penjual," katanya.
Direktur Utama PT. Shan Hai Map Roy Wong mengatakan selain menciptakan transaksi dagang, ICEE Indonesia kali ini berkemungkinan menjadi momentum bagi pelaku usaha elektronik China uuntuk menjajaki investasi di Tanah Air.
"Pelaku usaha yang datang berkemungkinan berasal dari kota Shenzhen. Ini kota elektronik terbesar bagi pelaku usaha elektronik, dan tidak menutup kemungkinan mereka juga akan berinvestasi," katanya.
Lagipula, dia menambahkan hubungan yang buruk antara China dan Amerika membuat mereka berupaya keras untuk memindahkan pabrik dan menjaga daya saing pasar ekspornya.
Dia mengatakan investasi di Indonesia menjadi pertimbangan karena Presiden Joko Widodo sendiri mengundang pelaku usaha China untuk berinvesatsi.
Hanya saja, dia menekankan proses investasi tersebut tidak akan cepat. Meski Indonesia memiliki tenaga kerja dan ongkos produksi yang lebih murah, tetapi pelaku usaha Indoensia masih belum dapat menyediakan beberapa komponen penting dari barang elektronik China.
"Rantai pasok itu akan menjadi pertimbnagan utama pelaku usaha China," ujarnya.