Bisnis.com, JAKARTA - Persaingan bisnis di bidang telekomunikasi seluler membutuhkan modal kuat di beberapa bidang. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara terdapat tiga modal agar bisnis telekomunikasi seluler bisa bertahan.
Menurutnya, investasi untuk jaringan tak akan terganggu dengan momen politik tahun depan. Menurutnya, para pelaku usaha telekomunikasi seluler sudah seharusnya mengeluarkan belanja modal dan memperkuat jaringan bilang ingin bertahan.
Dia menyebut industri telekomunikasi seluler kini berada di posisi pasar asimetris dengan salah satu operator yang menguasai pasar sebesar 60%. Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus selain memikirkan aksi korporasi untuk mengurangi jumlah operator, dia menuturkan terdapat tiga kekuatan yang harus diperhatikan para pelaku usaha seluler.
Baca Juga Pertaruhan Bisnis di Tahun Politik |
---|
"Industri seluler itu terjadi asimetrik. [Salah] satu operator mendominasi 60% pasar. Itu udah asimetris harus terjadi konsolidasi," ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.
Selain itu, Rudiantara menuturkan terdapat tiga modal utama bagi para pelaku usaha telelomunikasi seluler agar bisa tetap bertahan. Pertama, teknologi. Pelaku usaha, ujarnya, harus mengadopsi teknologi terbaru.
Perusahaan harus bisa mengikuti perubahan teknologi yang tergolong dinamis agar bisa memberikan layanan terbaik bagi konsumen. Sebagai contoh, dia mengatakan operator yang menggunakan teknologi broadband wireless access (BWA) kini bermasalah dengan usahanya. Alasannya, bisnis yang berjalan menggunakan teknologinya itu belum mampu mengembalikan modal yang dikeluarkan. Di sisi lain, teknologi baru sudah menanti.
Baca Juga Ini Pratinjau Ekonomi 2019 |
---|
"Anda (operator seluler) itu masuk ke bisnis telekomunikasi syaratnya ada tiga. Satu, technology intensive karena teknologi berubah. Contoh BWA sekarang pada kesusahan," katanya.
Kedua, perusahaan harus didukung modal yang besar untuk mempertahankan kapitalisasi pasar. Bisnis di sektor ini, tuturnya, bakal bertumbuh dengan perluasan dan penguatan jaringan.
Ketiga, kemampuan adaptasi di tengah kebijakan-kebijakan atau regulatory intensive. Selain harus tangguh dengan dukungan teknologi dan modal, dukungan dari sisi kestabilan terhadap perubahan kebijakan pun menjadi kunci agar bisnis tetap berjalan.
Hingga saat ini, terdapat enam operator seluler yakni Telkomsel, Indosat, XL, Hutchison 3 Indonesia, Smartfren dan Net1 Indonesia. Tiga operator dengan basis pelanggan tertinggi yakni Telkomsel dengan 167,8 juta nomor, Indosat 64,1 juta nomor dan XL 53,9 juta nomor yang setiap tahunnya perusahaan ini membelanjakan sekira 80% belanja modal untuk jaringan.
"Kedua, capital intensive you enggak mau spend uang mampus aja, anda enggak mau ngebangun, mampus aja. Ketiga, baru regulatory intensive kalau anda enggak menguasai tiga, anda enggak usah masuk bisnis telekomunikasi," kata Rudiantara.