Peringkat Kualitas Streaming Global, Indonesia di 10 Terbawah

Duwi Setiya Ariyanti
Selasa, 25 September 2018 | 09:04 WIB
Model mengoperasikan produk ponsel pintar terbaru Huawei Nova 3i dalam peluncurannya, di Jakarta, Selasa (31/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Model mengoperasikan produk ponsel pintar terbaru Huawei Nova 3i dalam peluncurannya, di Jakarta, Selasa (31/7/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Open Signal, sebuah perusahaan di bidang teknologi melakukan pengukuran jaringan untuk mengetahui pengalaman menonton video dan mendapati bahwa kecepatan internet bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi. 

Dalam hasil risetnya, disebutkan bahwa negara yang mampu menyediakan internet cepat ternyata tak mampu menampilkan video secara mulus. Dengan demikian, internet cepat bukan jawaban satu-satunya yang memengaruhi pengalaman menonton video. 

Berdasarkan 87,01 miliar pengukuran dari 8 juta peranti dari 14 Mei hingga 11 Agustus 2018 di 69 negara, membuktikan hal itu. 

Untuk tiga negara di jajaran teratas dengan pengalaman menonton video paling mulus yakni Ceko, Hungaria dan Norwegia. Ketiga negara ini memiliki skor sangat baik yakni di rentang 65 hingga 75. 

Peringkat Kualitas Streaming Global, Indonesia di 10 Terbawah

Sementara itu, Indonesia berada di 10 negara urutan terbawah dengan skor rata-rata atau 40 hingga 55. Setingkat di atas Indonesia, terdapat Malaysia dan negara lain di bawah Indonesia yakni Peru, Kostarika, Ekuador, Kamboja, Pakistan, India, Iran serta Filipina di urutan paling akhir. 

Dari sisi kecepatan unduh, tiga negara tercepat secara berturut-turut yakni Korea Selatan, Norwegia dan Singapura dengan kecepatan unduh di kisaran 45 Mbps. Menariknya, meskipun Korea Selatan dan Singapura mampu duduk di posisi tiga negara dengan kecepatan unduh tertinggi, performa saat menyajikan video justru lebih rendah. Sebagai contoh, Singapura berada di urutan ke-6 dan Korea Selatan di urutan ke-16 dari sisi performa menampilkan video dengan mulus. 

Kendati data bisa menunjukkan kontras pada negara dengan internet cepat, pada negara dengan kekuatan internet yang masih rendah tak terlihat perbedaan yang sama. Negara dengan performa video yang rendah ternyata berada di urutan yang sama rendahnya. 

Sebagai contoh, 10 negara dengan kecepatan unduh terbawah memiliki kecepatan sekitar 5 Mbps hingga 10 Mbps. 

Open Signal menyebut pengukuran siaran video dilihat dari beberapa aspek. Di antaranya, waktu pemrosesan hingga akhirnya video bisa diputar, pemutaran video hingga resolusi gambar yang ditampilkan. 

Di negara yang mampu memberikan siaran video begitu mulus, waktu yang dibutuhkan untuk memproses video dan akhirnya tayang hingga selesai sangat pendek dan kualitas video tetap terjaga. Sebaliknya, negara yang memiliki performa rendah justru menghabiskan waktu lebih banyak untuk menunggu proses sebelum video bisa diputar, saat pemutaran dengan resolusi gambar rendah. 

Menurut Open Signal, selain kecepatan unduh, latensi menjadi unsur penting lainnya karena menunjukkan waktu untuk merespons jaringan. Tingginya latensi, katanya, peranti harus menghabiskan waktu lebih lama. Untuk memutar video, dibutuhkan kecepatan yang konsisten sehingga meskipun kecepatan unduh bisa mencapai 50 Mbps, tetapi bila hanya bertahan di waktu yang lebih singkat dari durasi video, tak akan memberikan pengalaman memuaskan. 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper