Bisnis.com, JAKARTA — Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) menargetkan pembangunan 5.000 base transceiver station (BTS) hingga 2019 untuk menyediakan akses telekomunikasi di seluruh Indonesia.
Direktur Utama BAKTI Anang Lathif mengatakan pembangunan BTS per tahun hanya 400 unit per tahun bila mengikuti rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN). Target ini membuat Bakti hanya bisa membangun 855 BTS pada periode 2015—2018.
Oleh karena itu, kali ini pihaknya mempercepat pembangunan sehingga setidaknya 5.000 BTS baru bisa terbangun dalam kurun waktu 2 tahun. Tahun ini, dia menyebut, ditargetkan menyelesaikan pembangunan 2.000 BTS.
"Tahun ini 2.000. 5.000 ini di tahun 2018 dan 2019," ujarnya di Wisma Antara, Rabu (25/7/2018).
Lebih lanjut, dia menyebut percepatan pembangunan BTS nantinya dilakukan dengan membagi kepada operator seluler berdasarkan nilai kontribusi universal service obligation (USO).
Adapun, USO sebenarnya diambil dari 1,25% pendapatan kotor operator. Namun, operator yang secara nominalnya lebih besar, akan mendapat jumlah BTS yang lebih besar pula.
"Pembagiannya akan berdasarkan presentase dari kontribusi operator. Katakanlah, dari Rp10 Telkomsel menyumbang Rp5 nantinya dia mendapatkan 50% kuota. Indosat Ooredoo Rp3 dari Rp10 mendapatkan jatah 30%," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur dan CEO PT Indosat Ooredoo, Tbk, Joy Wahjudi mengakui pihaknya tak mungkin membangun BTS di daerah pelosok bila tak mendapat bantuan dari pihak lain. Pasalnya, pembangunan BTS di daerah pelosok memerlukan biaya besar, khususnya dari transmisi.
Belum tersedianya jaringan transmisi, katanya, membuat biaya pembangunan BTS di pelosok semakin tak menarik dari sisi keekonomian. Oleh karena itu, pihaknya bermitra dengan BAKTI untuk mengadakan BTS di daerah terpencil. Saat ini, pihaknya telah membangun 119 titik dan 45 titik yang tengah berproses.
Menurutnya, bila proyek Palapa Ring sudah selesai, akan membantu menekan biaya penyediaan BTS di wilayah Indonesia Timur.
"Kita sih melihat Indonesia Timur itu sangat prospektif ya cuma memang untuk menjangkau ke sana itu ada problem. Dengan Palapa Ring ini bisa membantu sehingga kita bisa merealisasikan jaringan di Indonesia Timur," katanya