Bisnis.com, JAKARTA — Microsoft memproyeksi sebanyak 85% pekerjaan yang tersedia di Asia Pasifik bakal bertransformasi dalam tiga tahun ke depan karena adopsi teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
Perkiraan Microsoft itu tertuang dalam studi terbarunya bersama lembaga riset IDC yang bertajuk Unlocking the Economic Impact of Digital Transformation in Asia Pacific. Riset itu melibatkan sebanyak 1.560 responden yang berasal dari kalangan pengambil keputusan bisnis dan teknologi informasi dari Australia, Cina, Hong Kong, Indonesia, India, Jepang, Korea, Malaysia, Selandia Baru, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
“Lebih dari 50% pekerjaan akan dipindahtugaskan ke posisi baru atau mesti dilatih ulang untuk meningkatkan keterampilannya menghadapi transformasi digital,” ujar Direktur Utama Microsoft Indonesia Haris Izmee dalam keterangan resmi, Rabu (2/5/2018).
Di antara 85% pekerjaan yang bertransformasi, terdapat 26% yang merupakan merupakan jenis pekerjaan baru dan sebanyak 27% merupakan pekerjaan yang dialihdayakan karena otomasi.
Sebanyak 33% pekerjaan lain mesti membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan khusus terlatih, sedangkan 14% sisanya merupakan pekerjaan yang tidak terpengaruh teknologi kecerdasan buatan.
Kondisi tersebut bakal mendorong korporasi dari berbagai bidang untuk melakukan penyesuaian dalam perekrutan pekerja selama satu dekade ke depan. Perkembangan teknologi AI dapat terus mengubah preferensi korporasi dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja.
Menurutnya, perlu segera terjadi sistem pendidikan, keterampilan, dan pelatihan yang sesuai untuk memastikan adanya keterampilan angkatan kerja tetap relevan dengan kebutuhan industri pada masa mendatang.
Haris menyatakan setidaknya terdapat tiga implikasi terhadap perkembangan teknologi AI. Pertama, berbagai negara dan organisasi semakin bersaing ketat untuk mengembangkan teknologi AI karena teknologi AI di masa depan dapat merupakan salah satu sumber daya yang mendorong peningkatan produktivitas dan tingkat efisiensi.
Kedua, perkembangan teknologi AI terus mereformasi pasar tenaga kerja. Ketiga, perkembangan kecerdasan buatan semakin mendorong berbagai korporasi memitigasi potensi dampak negatif yang ditimbulkan teknologi itu.