Saat Big Data dan AI Jadi Senjata Iklan Digital

Dhiany Nadya Utami
Rabu, 7 Maret 2018 | 21:07 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA—Penggunaan big data dan artificial intelligence memegang peranan utama dalam distribusi iklan digital.

Penyedia jaringan iklan digital terkemuka InMobi menyatakan dalam dunia iklan digital sistem distribusi yang dilakukan berbasis pada data yang telah diolah AI.

Sales Director Southeast Asia Inmobi Prashant Choudhary menyatakan saat ini InMobi memiliki 91 juta unique active user yang menjadi sumber big data untuk distribusi iklan digital mereka.

“Kami menjanjikan data yang lebih akurat daripada Facebook dan Google karena kami mengidentifikasi setiap pengguna dari multiplatform, bukan satu aplikasi saja,” ujarnya.

Data yang diperoleh InMobi meliputi data kebiasaan pengguna, jaringan seluler, jenis perangkat yang digunakan, hingga lokasi pengguna. Data tersebut diolah oleh AI dan tiap pengguna akan memiliki karakteristik masing-masing.

Nantinya, menurut Choudhary, iklan hanya akan ditayangkan pada pengguna yang memenuhi kriteria sasaran iklan.

“Bahkan, dengan memiliki data lokasi, kami dapat membatasi iklan hanya untuk pengguna yang sedang berada di tempat tertentu saja. Pengguna yang berada di luar lokasi otomatis tidak akan mendapat iklan yang sama,” ujarnya.

Data yang dimiliki InMobi didapat dari small code yang disisipkan pada aplikasi-aplikasi yang bekerja sama dengan penyedia jaringan iklan digital ini. Sehingga setiap pengguna yang mengunduh atau memasang aplikasi tersebut secara otomatis akan mengirimkan informasi yang dihimpun menjadi big data.

Choudhary menambahkan, pengguna tak perlu risau akan keamanan data personal karena data yang dihimpun InMobi merupakan data anonim.

“Kami bisa menebak usianya, berapa penghasilannya, ke mana saja dia pergi, tetapi kami tidak tahu siapa tepatnya pengguna ini,” ujarnya.

Keberadaan data, menurutnya, amat penting untuk bisnis yang ada si era digital ini. Lewat data, pelaku bisnis bisa menentukan keputusan-keputusan apa saja yang akan mereka lakukan.

“Misalnya, kami punya data kapan biasanya toko kelontong dikunjungi yaitu pada akhir pekan dan pada waktu malam hari. Dengan adanya data ini, pemasok tahu kapan sebaiknya mereka menambah jumlah produk di toko tersebut,” tuturnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Saeno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper