Bisnis.com, JAKARTA—Pada peringatan Hari Pers Nasional yang jatuh pada hari ini, Dewas Pers mendapatkan kado buruk. Situs milik Dewan Pers diretas dan tak bisa diakses sama sekali, termasuk beberapa subdomain yang terkait dengan situs beralamat dewanpers.or.id tersebut.
Beberapa subdomain yang juga diretas di antaranya pendataan.dewanpers.or.id dan pengaduan.dewanpers.or.id. Bahkan dalam salah stau domain, peretas menampilkan wanita berpakaian seksi.
Menurut pakar keamanan siber Pratama Persadha, tindakan peretasan semacam ini akan terus meningkat. Maka dari itu, harus segera dilakukan forensik untuk mengetahui teknik yang dipakai oleh peretas.
“Namun, dari ciri-ciri dan sistem yang diretas, kemungkinan peretas sudah dapat masuk ke panel utama dari domain dewanpers,” jelas Chairman lembaga riset keamanan siber Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) hari ini Jumat (9/2/2018).
Pratama menambahkan bahwa tiga domain tersebut berada dalam IP (Internet Protocol) yang sama, sehingga ada kemungkinan peretas sudah dapat masuk tidak hanya ke server web, tapi juga ke operating system server.
Bila dilihat dari timeline hacking, sudah beberapa kali dilakukan peretasan terhadap web dewanpers dan kemungkinan peretas sudah meninggalkan backdoor dan kemungkinan peretas tersebut telah menyerang sejak lama.
Lebih lanjut, Pratama memaparkan serangan berikutnya dapat diantisipasi bukan hanya dari traffic serangan, tapi juga dari anomali-anomali yang dilakukan di dalam sistem situs tersebut.
“Forensik sangat penting untuk mengetahui apa yang terjadi, juga untuk melihat di mana saja backdoor dipasang peretas,” jelasnya.
Keberadaan backdoor yang dipasang oleh peretas bertujuan untuk masuk ke sistem dan bisa mengambil alih lagi di lain waktu. Sehingga hal ini wajib diwaspadai.
“Koordinasi dengan instansi terkait keamanan siber seperti BSSN sangat penting. Sehingga diharapkan tercipta kolaborasi bersama dalam menghadapi serangan siber semacam ini, dikarenakan teknik serangan semakin kompleks dan canggih, kedepannya sangat sulit jika dihadapi secara parsial tanpa kolaborasi,” terang Pratama.