Gerhana Bulan 2018, NASA Beri Perhatian Serius

Yusran Yunus
Kamis, 25 Januari 2018 | 17:29 WIB
Gerhana Bulan Total/NASA
Gerhana Bulan Total/NASA
Bagikan

Kabar24.com, JAKARTA - Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional Amerika Serikat, NASA, memberi perhatian serius terhadap peristiwa alam langka, Gerhana Bulan Total, yang diperkirakan akan terjadi pada Rabu, 31 Januari 2018.

National Aeronautics and Space Administration (NASA) merupakan lembaga pemerintah milik AS yang bertanggung jawab atas program luar angkasa Amerika Serikat dan penelitian umum luar angkasa jangka panjang.

Bagi para ilmuwan NASA, GBT akan memberikan kesempatan bagi para ilmuwan untuk mempelajari gerhana tersebut menggunakan kamera penginderaan panas.

Sebagaimana ditulis di laman www.nasa.gov, tiga peristiwa gerhana bulan akan terjadi secara berturut-turut yang disebut sebagai peristiwa Super Blue Blood Moon. Gerhana bulan purnama penuh diprediksi terjadi pada 31 Januari nanti dan akan menjadi peristiwa bulan biru pertama di tahun 2018.

Gerhana bulan ini juga akan dianggap sebagai ‘Supermoon’ karena akan tampak sedikit lebih besar dan lebih terang dari biasanya karena bulan akan berada di titik terdekat di orbitnya ke bumi. Selain itu, gerhana bulan nanti akan berwarna kemerahan yang dikenal sebagai Blood Moon.

Bgi para peneliti, peristiwa gerhana nanti menawarkan kesempatan untuk melihat hal yang terjadi saat permukaan bulanmendingin dengan cepat sehingga akan memberikan informasi terkait karakteristik campuran tanah dan batuan di permukaan bulan serta bagaimana perubahan dari waktu ke waktu.

"Selama gerhana bulan, pergerakan perubahan suhu sangat dramatis sehingga seolah-olah permukaan bulan beralih dari permukaan yang panas seperti berada di dalam oven dan seperti langsung dimasukkan ke dalam lemari es dalam beberapa jam," kata Noah Petro, Deputy Project Scientist untuk NASA Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) di Goddard Space Flight di Greenbelt, Maryland.

Biasanya, transisi menuju dan keluar dari kegelapan dan perubahan suhu akan berlangsung sepanjang gerhana. Dari Observatorium Haleakala di Pulau Maui di Hawaii, tim akan melakukan penyelidikan mereka dengan panjang gelombang tak terlihat dimana panas dirasakan. Mereka telah melakukan penelitian semacam ini beberapa kali, memilih lokasi lunar individu untuk melihat seberapa baik mereka mempertahankan kehangatan sepanjang gerhana.

"Seluruh karakter Bulan berubah saat kita mengamati dengan kamera termal saat terjadi gerhana," kata Paul Hayne dari Laboratory for Atmospheric and Space Physics di University of Colorado Boulder.

"Di kegelapan, banyak kawah yang familiar dan fitur lainnya tidak dapat dilihat, dan area yang biasanya tidak jelas di sekitar beberapa kawah mulai 'bersinar', karena bebatuan di sana masih hangat," ujarnya.

Seberapa cepat atau perlahan permukaan kehilangan panas tergantung pada ukuran bebatuan dan karakteristik material, ermasuk komposisi bebatuan.

Para ilmuwan sudah mengetahui banyak terkait perubahan suhu siang dan malam tersebut dari data yang dikumpulkan oleh instrumen LRO sejak tahun 2009.

Dengan membandingkan dua jenis pengamatan, tim dapat melihat variasi di area tertentu - misalnya, lunar berputar di Reiner Gamma atau kawah dampak dan puing-puing longgar di sekitarnya.

Informasi semacam ini berguna untuk tujuan praktis seperti mencari lokasi pendaratan yang sesuai. Ini juga membantu peneliti memahami evolusi permukaan Bulan.

"Studi ini akan membantu kami menceritakan bagaimana dampak besar dan kecil mengubah permukaan Bulan selama  masa geologis," kata Petro.

Diluncurkan pada tanggal 18 Juni 2009, LRO telah mengumpulkan sejumlah data harta karun dengan tujuh instrumennya yang kuat, memberikan kontribusi yang tak ternilai bagi pengetahuan kita tentang Bulan. LRO dikelola oleh Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard milik NASA di Greenbelt, Maryland, untuk Direktorat Misi Sains di Markas Besar NASA di Washington, DC, dan merupakan bagian dari Program Penemuan yang dikelola Marshall Space Flight Center milik NASA di Huntsville, Alabama.

Berlangsung 5 Jam

Sebagaimana diketahui, satu peristiwa alam yang langka terjadi yakni Gerhana Bulan Total (GBT) bakal dapat disaksikan oleh masyarakat Indonesia pada Rabu, 31 Januari 2018. Proses terjadinya gerhana tersebut diperkirakan akan berlangsung selama 5 jam 20,2 menit.

Berdasarkan laporan BMKG, fase terjadinya gerhana akan berlangsung dalam 7 fase terdiri dari Gerhana mulai, Gerhana Sebagian mulai, Gerhana Total mulai, Puncak Gerhana, Gerhana Total berakhir, Gerhana Sebagian berakhir, Gerhana berakhir.

Durasi dari fase Gerhana Sebagian mulai hingga Gerhana Sebagian berakhir berlangsung selama 3 jam 23,4 menit. Adapun durasi total yakn dari fase Gerhana Total mulai hingga Gerhana Total berakhir akan berlangsung selama 1 jam 16,8 menit.

Gerhana Bulan didefinisikan sebagai peristiwa ketika terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan. Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.  

Adapun Gerhana  Matahari merupakan peristiwa terhalangnya cahaya Matahari oleh Bulan sehingga tidak semuanya sampai ke Bumi dan selalu terjadi pada saat fase bulan baru.

Selama tahun 2018, selain GBT, akan terjadi 4 gerhana lainnya yakni Gerhana Matahari Sebagian (GMS) pada 15 Februari 2018 yang tidak dapat diamati dari Indonesia, Gerhana Matahari Sebagian (GMS) pada 13 Juli 2018 yang tidak dapat diamati dari Indonesia.

Kemudian, Gerhana Bulan Sebagian (GBS) pada 28 Juli 2018 yang dapat diamati dari Indonesia, Gerhana   Matahari Sebagian   (GMS) pada 11 Agustus 2018 yang tidak dapat diamati dari Indonesia.





Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Yusran Yunus
Editor : Rustam Agus
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper