Bisnis.com, JAKARTA -- Penyakit kanker saat ini masih menjadi pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung. Sulitnya deteksi serta pengobatan yang panjang membuat penyakit ini banyak diderita dan sering berujung pada kehilangan nyawa.
Dalam perkembangan dunia sains, deteksi sel kanker masih menjadi tantangan tersendiri yang terus diupayakan para peneliti dan tenaga medis. Namun, kemampuan kamuflase dari sel kanker membuatnya sulit dikenali bahkan tidak dapat dideteksi oleh sistem kekebalan tubuh manusia.
Akhirnya banyak pasien yang terdeteksi kanker setelah stadium III ke atas. Bahkan 33% pasien kanker baru terdeteksi setelah stadium III.
Mengatasi persoalan deteksi kanker, peneliti di Pusat Penelitian Kimia Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Nurul Aisyiyah Jenie mencobanya dengan pendekatan kimia. Berjudul Pengembangan Nanopartikel Berfluoresens Berbasis Silika Alam Indonesia untuk Bioimaging Optik, alumni Universitas Gajah Mada ini merancang sebuah penelitian untuk deteksi dini kanker.
"Penelitian saya mengenai pembuatan nanopartikel dari silika dan fluoresens untuk mendeteksi dini adanya penyakit kanker pada tubuh manusia yang nantinya diharapkan bisa mengurangi beban ekonomo pasien," kata Jenie.
Untuk proses penelitiannya, Jenie membuat nanopartikel dengan metode Modified Sol Gel dimana silika yang diekstrak dari bahan alami di Indonesia, kemudian diproses dengan penambahan fluoresens. Silika yang dihasilkan dari penelitian ini memiliki sensitivitas untuk mendeteksi kanker.
Ke depannya, produk yang dihasilkan Jenie ini tak hanya dapat digunakan oleh tenaga medis saja, tetapi bisa diaplikasikan oleh orang non medis sebelum melakukan tes yang kompleks di laboratorium.
Atas ide penelitiannya ini, Jenie mendapat penghargaan dalam penghargaan tahunan L'Oreal-UNESCO For Women in Science National Fellowship Awards 2017. Jenie bersama tiga perempuan peneliti lainnya diberi penghargaan dan bantuan dana penelitian sebesar Rp80 juta.