Bisnis.com, JAKARTA—PT Smartfren Telecom Tbk. memberikan waktu 2 minggu mulai 31 Oktober—14 November 2017 kepada seluruh pelanggan CDMA yang masih belum melakukan migrasi ke layanan 4G LTE.
Direktur Utama, Merza Fachys mengemukakan alasan pihaknya memberi waktu hingga 2 minggu kepada pelanggan CDMA karena sampai kini masih ada puluhan ribu pelanggan Smartfren yang belum melakukan migrasi ke layanan 4G LTE. Alasannya, perangkat yang dimiliki belum mendukung teknologi teranyar itu.
"Memang sebenarnya sudah harus dinonaktifkan sejak 31 Oktober kan, tapi kami masih memberikan waktu 2 mingguan, karena masih ada sedikit lagi pelanggan CDMA yang belum melakukan migrasi karena handset-nya belum mendukung," tuturnya kepada Bisnis, Rabu (1/11).
Dia memprediksi puluhan ribu pengguna layanan CDMA Smartfren yang belum melakukan migrasi itu masih didominasi oleh pelanggan di Jawa, terutama DKI Jakarta. Dia optimistis seluruh pelanggan dalam waktu dekat akan melakukan migrasi 100%.
"Tidak banyaklah itu, sedikit kok. Kami optimistis proses migrasi ini akan berjalan dengan baik. Dominasi pelanggan yang masih belum melakukan migrasi ini ada di Pulau Jawa," katanya.
Sebelum menggunakan teknologi 4G LTE, Smartfren mengoperasikan layanan CDMA di pita frekuensi 1.900 MHz dan 850 MHz. Kini hanya band 850 MHz saja yang masih aktif karena frekuensi 1.900 MHz telah dimatikan dan dikembalikan ke pemerintah, per Desember tahun lalu.
Tahun ini Smartfren kembali berupaya melancarkan upaya memigrasikan pelanggan ke 4G, antara lain melalui penawaran aneka perangkat 4G Andromax yang berharga terjangkau, juga kartu SIM perdana 4G LTE Smartfren yang bebas digunakan di handset manapun (open market).