Media Digital Belum Mampu Geser Dominasi Televisi

Agne Yasa & Amanda K. Wardhani
Senin, 4 September 2017 | 07:05 WIB
Ilustrasi pengguna Internet di Hefei, Anhui, China/Reuters
Ilustrasi pengguna Internet di Hefei, Anhui, China/Reuters
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan pesat pendapatan media digital belum mampu menggeser media tradisional di Indonesia. Televisi masih dominan, sedangkan media cetak masih diprediksi masih mampu mempertahankan pertumbuhan.

PwC Indonesia memprediksi pendapatan industri media dan hiburan di Indonesia mencapai US$8,17 miliar pada 2021 dengan kontribusi pendapatan televisi sebesar 53,8%.

Laporan Global Entertainment and Media Outlook 2012--2021 memperkirakan kontribusi televisi terhadap total pendapatan naik dari 53,6% pada 2016 menjadi 53,8% pada 2021. PwC Indonesia meyakini peran televisi sebagai kanal iklan belum terkalahkan dalam waktu dekat.

“Pertumbuhan tertinggi memang dicatatkan iklan di Internet dengan proyeksi pertumbuhan hingga 21,8%, sedangkan pertumbuhan iklan di televisi hanya 10,4%,” kata Michael Graham, Technology, Media, and Telecoms Practice South East Asia Consulting PwC, Kamis (3/8/2017).

Media Digital Belum Mampu Geser Dominasi Televisi

Menurutnya, peran televisi dalam bauran periklanan di Indonesia masih mencatatkan kenaikan nilai cukup signifikan dalam 5 tahun mendatang, meski secara kontribusi tidak naik signifikan.

Tak hanya itu, Graham mengemukakan dominasi televisi sebagai kanal dominan iklan sangat didukung oleh terbatasnya konten berkualitas di Internet, misalkan sosial media, berita daring, hingga video daring.

Banyaknya populasi di kelas menengah ke bawah juga menjadi salah satu faktor televisi masih menjadi kanal hiburan yang populer dan murah sehingga strategi pengiklan untuk menjangkau banyak konsumen menjadi terfasilitasi.

Mengutip Global Entertainment and Media Outlook 2012-2021, sumber pendapatan utama industri hiburan dan media di Indonesia diperkirakan masih bergantung pada iklan hingga 61%, sedangkan sisanya berasal dari akses sebanyak 20%, dan konsumen 19% pada 2021.

Multi Platform

Sementara itu, industri media cetak hanya mencatatkan kontribusi 28,4% pada 2016 dan bakal tergerus menjadi 20,4% pada 2021. Dia menjelaskan industri media cetak tidak perlu merasa risau dengan fenomena yang terjadi saat ini karena sebagian besar perusahaan yang bergerak di industri ini sudah dilengkapi dengan media daring.

“Enam tahun yang lalu, New York Times juga mengalami penurunan pendapatan, terutama dari segi iklan dan oplah. Tapi saat ini, situasi [pendapatan] sudah berbalik ke arah normal karena mereka sudah mampu melakukan monetisasi di media daring. Akibatnya, pendapatan yang sempat tergerus bisa dikompensasi dengan adanya media daring,” tukasnya.

Media Digital Belum Mampu Geser Dominasi Televisi

Pada saat yang sama, Chief Digital Content Officer Emtek Group Prami Rachmiadi mengakui bahwa pelaku bisnis media tidak bisa sepenuhnya bergantung kepada media tradisional. Untuk itu, pihaknya juga melebarkan sayap ke industri media daring yakni Vidio.com.

Emtek Group merupakan pemilik tiga stasiun televisi yakni Indosiar, SCTV, dan O Channel ini, serta televisi berbayar NexMedia. Prami menjelaskan bisnis televisi tidak sekarat, justru yang mengalami penurunan adalah kualitas kontennya.

“Televisi lebih memaksa penonton untuk menonton acara yang ada. Tapi, televisi tidak kalah dengan online karena segmen pasarnya berbeda. Mereka masih menonton televisi dan mengakses informasi melalui Internet,” katanya.

Media Digital Belum Mampu Geser Dominasi Televisi

Sebastian Jammer, Digital Technology with Strategy and Leadership PT XL Axiata Tbk. mengatakan pertumbuhan dan produksi konten tumbuh secara eksponensial.

Untuk mengembangkan konten yang berkualitas, Prami menyebutkan pelaku bisnis di sektor ini harus mengakui pentingnya peran modal sebagai penopang utama. Kehadiran Vidio.com di bawah Emtek Group tidak mungkin bisa menyangi layanan seperti Youtube atau Google jika tidak didukung oleh modal yang kuat.

“Saya rasa dari segi kreativitas, kualitas masyarakat Indonesia tidak kalah dengan di luar negeri. Tetapi, kualitas sumber daya manusia ini juga harus berjalan beriringan dengan kekuatan modal yang besar,” tambahnya.

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper