Telkomsel, Sebuah Catatan 22 Tahun Perjalanan

Bunga Citra Arum Nursyifani
Jumat, 26 Mei 2017 | 09:29 WIB
Telkomsel/Istimewa
Telkomsel/Istimewa
Bagikan

Operator terbesar telekomunikasi di Indonesia, Telkomsel, hari ini, Jumat (26/5/2017) merayakan hari jadinya yang ke-22. Sepanjang kiprahnya, Telkomsel banyak mengalami pasang surut. Maka dari itu, Garuda Sugardo, mantan Direksi Telkomsel era pertama; sekarang anggota Dewan TIK Nasional, berbagi sebuah catatan perjalanan Telkomsel, dari proses kelahirannya hingga kini mantap memimpin pasar. Berikut kisahnya:

Tidak ada operator telekomunikasi Indonesia yang lebih besar pelanggannya, lebih luas jangkauannya dan  lebih banyak memberikan kontribusi pendapatan kepada negara, kecuali Telkomsel.

Tanggal 26 Mei 2017 ini, Sang Kesatria Selular Indonesia berusia 22 tahun. Masih dalam suasana duka dengan adanya Teror Bom di Kampung Melayu kemarin lusa;  kita ucapkan, “Selamat Hari Ulang Tahun Telkomsel”. Tetaplah kau senantiasa dari Indonesia, oleh pejuang Indonesia dan untuk rakyat Indonesia!.  

Sejatinya, perintah pelaksanaan Pilot Project GSM di Batam dan Bintan diberikan oleh Dirjen Postel kepada Grup Komunikatama pada tanggal 14 Oktober 1993. PT Telkom sebagai Badan Penyelenggara telekomunikasi dalam negeri melakukan “perlawanan sengit”, sampai akhirnya “kekhilafan” itu dikoreksi oleh Menparpostel.

Pada tanggal 8 November 1993, keluarlah izin Pembangunan proyek perdana GSM Batam dan Bintan kepada PT Telkom.    

Dengan target GSM Telkom perdana mengudara pada 1 Januari 1994, sesungguhnya perintah tersebut adalah impossible task dari Pemerintah kepada Telkom “dengan harapan” tidak berhasil dituntaskan, sehingga (barangkali) terbuka skenario lain. Namun sebagai penanggung jawab Proyek kala itu, saya menyatakan siap merealisasikannya.

Saking herannya, bule-bule Siemens Jerman dan Ericsson Swedia sampai berujar,  Tim Telkom kayaknya menggali lubang untuk kuburannya sendiri.  Tapi –kendati tanpa pengalaman GSM- saya bersama satu regu patriot Telkom nekad bekerja 24 jam sehari selama 50 hari melaksanakannya di Batam dan Bintan. 

Kami nomor duakan keluarga yang menanti di Bandung, kami abaikan honor SPPD yang menggiurkan. Bismillah, ada Telkom di belakang kami dan ada doa keluarga mengiringi,  demi negeri mengapa harus takut mati?

Dan itulah kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa, pada 31 Desember 1994 di penghujung tahun, pilot project GSM Telkom  mengudara dan berjaya bertengger di atas angkasa Batam dan Bintan. Sinyalnya kuat, GSM perdana di Indonesia perkasa di udara menutup invasi sinyal GSM Singapura, bahkan mampu menembus negara jiran itu bahagian Selatan.  

Ada kegilaan di antara proyek ini, entah orang memberi perintah target atau yang menyanggupi pekerjaan itu. The task was accomplished, tepat waktu dan tepat mutu!

Tanggal 6 sampai 8  April 1994 , Indonesia pertama kali mengikuti Sidang GSM sedunia di Paris. Sebagai Ketua Delegasi, saya tiba-tiba diminta Panitia untuk mendaftarkan GSM Telkom agar terdaftar sebagai member di GSM Association. Tanpa berpikir panjang, saya mengisi formulirnya dan menandatangani akta keanggotaan Telkom di Asosiasi GSM.

Atas tindakan tersebut, Ahmad Santosa melongo tong-tong dan Sekper Telkom Sartono SH serenta kesetrum kaget, “Gila loe, gak ada surat kuasa dari Dirut loe main teken aja?!”

Saya hanya berkomentar, “GSM kita di Batam masih illegal, untuk membuat sejarah kita tidak memerlukan surat kuasa. Tenang aja.”

Kenyataannya, sepulang dari Paris,  karuan delegasi kena semprot Sang Dirut. Tapi, show must go on or nothing. Dua minggu kemudian,  dengan izinnya saya memberi nama dan mendaftarkan Telkom GSM dengan brand “Telkomsel” yang kemudian  pada 2 Mei 1994 saya menandatangani filling-nya, sehingga sejak itu service name TELKOMSEL boleh muncul di layar ponsel GSM kita di Batam.  Bravo!

Kenakalan ketiga adalah mereformasi modus penjualan telepon selular. Melalui cara Distribusi Terbuka, saya mengenalkan konsep bahwa Operator bukan jualan ponsel, tetapi nomor dalam SimCard belaka. Dihantam dari arah kiri-kanan, dan dibego-begoin dari belakang-depan, saya bergeming bahwa Telkom bukan pedagang terminal, serahkan ponsel kepada pasar dan distribusikan kartu perdana plus pulsanya sampai ke tukang kios rokok sekali pun. It was happening and working until now!

Kegemilangan para patriot Telkom menerapkan GSM, kiranya mengundang air liur Indosat BUMN. Dengan lobby tingkat tingginya, dengan alasan mendukung proses go public Indosat di Bursa Saham New York, bom galau pun diledakkan.

Tanggal 23 Agustus 1994, Menparpostel menugaskan Telkom membentuk usaha patungan dengan Indosat dengan pembagian saham masing-masing 50%. Telkom memberontak; pelbagai upaya dilakukan agar kalau pun ventura terbentuk, Telkom haruslah mayoritas. Di internal Telkom terjadi pro dan kontra, tetapi kebenaran tidak pernah mendua; akhirnya 31 Agustus 1994 Menteri Keuangan menetapkan Telkom 51% dan Indosat 49%. 

Dua hari setelah itu, pada 2 September 1994, atas nama Menparpostel, di atas puncak Bukit Dangas di bawah kaki menara transmisi,  Menristek Bapak Prof. Dr. BJ Habibie meresmikan pengoperasian Telkomsel GSM milik Telkom (dan calon pemilik saham minoritas Indosat). Sambil berkoordinasi dengan Pemerintah, Tim menyiapkan cikal bakal pembentukan perusahaan patungan Telkom-Indosat dan penggelaran jaringan Nasionalnya. 

Namun, goncangan bak gempa bumi terjadi lagi. Di antara persiapan, PT Telekomindo menyodok di tengah jalan. Dan dengan ”restu” Menparpostel tertanggal 20 Februari 1995, mereka ujug-ujug meminta saham Telkomsel 50%. Bayangkan, komposisi Telkom : Indosat  bisa-bisa akan tersisa menjadi 25,5% : 24,5%. Tanggal 10 Maret 1995 saya menerima tugas sebagai Ketua Ti Ad-hoc gabungan Tekom-Indosat.

Telkom lahir dari kancah revolusi kemerdekaan tahun 1945. Pantaslah bila tradisi berjuang, melawan dan menerjangnya, kemudian mewarnai bawaan kami. Awal bulan April 1995 hanya tersedia dua pilihan, apakah Telkomsel akan hidup atau mati. 

Demi harkat kemerdekaan Telkomsel ini, saya melakukan “pembangkangan” dengan melarikan pelbagai dokumen persiapan perusahaan ke suatu tempat di Sindanglaya, Puncak.Tanpa berkas-berkas tersebut, tidak satu pihak pun dapat melakukan legal action terkait kelahiran Telkomsel yang diperebutkan.

Saat kembali dari persembunyian, saya dan Ahmad Santosa akhirnya “terperangkap” juga. Di suatu sore kami hadir dalam sebuah pertemuan (baca: pertempuran) yang berat sebelah dan mematikan, di sebuah gedung di sekitar Jl. Jendral Sudirman.

Dalam keadaan terdesak, terdengar suara azan sayup-sayup menembus ruang penyanderaan,  dan saya pun meminta agar rapat diskors sejenak dan mohon izin untuk melaksanakan sholat Maghrib. Saya dan Ahmad tidak menuju mushola karena di lobby gedung kebetulan kami melihat taksi  kuning dalam keadaan kosong. Dengan taksi itulah kami kabur dan tidak kembali ke ruang rapat.

Alhamdulillah, suara Azan Maghrib telah menyelamatkan janin bayi Telkomsel dari upaya “papa minta saham” versi 22 tahun yang silam.

Polemik akhirnya usai, berkat pendekatan Pak Muljohardjoko (Dirkeu Telkom 1995), Menteri Keuangan Mar’ie Mauhammad (alm) untuk kedua kalinya berpihak ke Telkom. Melalui suratnya, tanggal 22 Mei 1995, Menkeu menetapkan susunan Direksi PT Telkomsel (persiapan) yang pertama. Empat hari kemudian, di hari Jumat, 26 Mei 1995, PT Telekomunikasi Selular dengan brand TELKOMSEL resmi berdiri di Indonesia. 

Itulah Telkomsel kita, dari sebuah proyek percontohan di tahun 1993 yang berharga milyaran rupiah, saat ini dia telah menjelma menjadi raksasa dengan kapitalisasi sekitar Rp300 Triliun. Semangat perjuangan berani mati dan berani hidup, serta “berani melawan” sejak awal berdirinya,  menjadikan Telkomsel senantiasa pantang menyerah sampai sekarang. 

“Perlawanan” terhadap rencana kebijakan network sharing melalui revisi PP 52 Tahun 2000 yang merugikan merah putih adalah salah satunya. Masih ada perjuangan lain;  yaitu ayo sebisanya mengurangi saham asing yang 35% di dalamnya dan perjuangkan hak azasi  pelanggan di Papua agar bisa memperoleh satu tarif Nasional, seperti halnya BBM Pertamina di sana.

Ayo dukung gerakan Pro rakyat dan pro pemerataan, sebagaimana seruan Presiden kita Bapak Jokowi tercinta.

Selamat Ulang Tahun ke -22 Telkomsel the largest, the biggest and the best. Bangga bersamamu, Pandu Bendera Selular Indonesia. 

Salam Indonesia! 

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper