Bisnis.com, JAKARTA - Iklan layanan online di Indonesia diperkirakan tumbuh sekitar 25% pada 2017 dan tetap tumbuh dua digit hingga 2020.
Data Nielsen Advertising Information Services yang dirilis oleh Nielsen Indonesia pekan lalu mengungkapkan angka belanja iklan sepanjang tahun lalu mencapai Rp134,8 triliun atau meningkat 14% dari realisasi 2015 yang hanya Rp118 triliun.
Kategori Iklan layanan online diperkirakan bakal tetap meningkat tahun ini apalagi e-commerce di Indonesia masih bertumbuh dan pelaku usaha di bidang itu terus bermunculan. Kategori tersebut masih tumbuh 25% dibandingkan dengan 2015 dengan pengeluaran be lanja iklan Rp4,4 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan belanja iklan di media cetak dan elektronik kembali menembus dua digit pada 2016 setelah meng alami perlambatan dalam dua tahun sebelumnya.
Data Nielsen Advertising Information Services yang dirilis oleh Nielsen Indonesia mengungkapkan angka belanja iklan sepanjang tahun lalu mencapai Rp134,8 triliun atau meningkat 14% dari realisasi 2015 yang hanya Rp118 triliun.
Adapun kenaikan belanja iklan pada 2014 dan 2015 masing masing 8% dan 7%. Padahal, pada 2013 nilainya melonjak hingga 21% menjadi Rp101,9 triliun. Nielsen menerangkan tren pe - nurunan belanja iklan di media cetak juga turut dipengaruhi berkurangnya jumlah koran dan majalah beredar.
Jika pada 2012 ada 102 koran yang diteliti oleh Nielsen, tahun lalu hanya ada 98. Majalah juga berkurang dari 162 menjadi 120.
Executive Director, Head of Media Business, Nielsen Indonesia Hellen Katherina mengatakan periode 2014-2015 merupakan masa-masa agak sulit.
“Mungkin teman-teman di media juga tidak terlalu tinggi menaikkan rate card. Sekarang, setelah kondisi ekonomi mulai membaik,” ujar dia, Rabu (1/2/2016). Dari nilai belanja iklan secara keseluruhan, televisi mengambil porsi terbesar yakni mencapai 77%.
Koran menyusul di posisi berikutnya dengan 22% dan 1% sisanya diisi oleh iklan di majalah. Di sisi kategori iklan, pemerintah dan organisasi politik ber ada di posisi pertama dengan nilai Rp8,1 triliun. Namun, angka tersebut hanya naik 9% secara year-on-year atau yang terendah dalam daftar sepuluh besar belanja iklan tertinggi. Pertumbuhan belanja iklan terbesar dipegang oleh rokok, yaitu mencapai 45% menjadi Rp6,3 triliun.
Promo Bisnis.com
Sementara itu, portal berita ekonomi Bisnis.com menggelar sejumlah promo untuk memacu iklan digital melalui native ad.
Native ad, kadang disebut pula sebagai brand content, dapat berupa info produk atau jasa beserta keunggulannya seperti halnya advertorial. Akan tetapi, native ad juga dapat ditampilkan dengan cara lebih soft yang bertujuan memberi informasi berguna atau pengetahuan untuk pembaca, tanpa secara khusus mengajak membeli produk tertentu. Native ad atau brand content umumnya fokus membantu pembaca atau memberikan pengetahuan baru kepada mereka.
Native ad atau brand content dapat disajikan dalam semua format yang dipakai dalam pembuatan berita seperti teks, foto, video, maupun infografis.
Cara penyajian seperti ini juga cocok digunakan untuk menampilkan pemikiran dan sosok individu agar lebih dikenal masyarakat, program perusahaan agar lebih dimengerti audiens, serta kampanye yang memerlukan penjelasan cukup banyak mengenai product knowledge.
Metode ini umumnya efektif digunakan untuk menjelaskan program, mengangkat profile, menyajikan pemikiran, menampilkan konten edukasi, dll.
Native ad atau brand content juga mudah diterima audiens. Audiens umumnya kurang menyukai iklan, apalagi iklan yang terlalu mencolok. Konsumen lebih cenderung untuk melihat brand content ketimbang menyimak bentuk lain iklan seperti banner ad atau terganggu oleh tampilan pop-up.
Untuk mengetahui informasi lebih detail mengenai promo native ad dan brand content, dapat menghubungi [email protected] atau telepon 021-57901023 ext. 535/557.