Bisnis.com, JAKARTA – Jumlah pemain aktif mobile games di Indonesia yang cukup besar dipastikan menarik minat perusahaan pengembang untuk meraih pasar di dalam negeri.
Pendiri Matata Corporation Enrico Pitono menuturkan Indonesia merupakan pasar yang cukup diperhitungkan di industri mobile games dalam negeri. “Sayangnya perusahaan developer games dari luar negeri masih mendominasi pasar Indonesia. Hampir 100% pemain aktif Indonesia membeli koin untuk games dari luar negeri,” ujarnya, seperti dikutip Bisnis, Sabtu (26/9/2015).
Dia menyebutkan berdasarkan data 2014, pasar mobile games global terus meningkat 35% per tahun. Jumlah pemain aktif di Indonesia mencapai 20 juta orang, dengan pembelian koin Rp182 miliar – Rp238 miliar.
Tingginya pembelian koin ini disumbang dari game Candy Crush Saga dengan pemain aktif mencapai 3,7 juta orang, dan Clash of Clan yang melibatkan pemain aktif hingga 1,7 juta orang.
Enrico mengaku tingginya peminat mobile games di dalam negeri tidak lepas dari perkembangan teknologi informasi. Di Indonesia, peng-guna smartphone mencapai 65 juta orang. Sebanyak 50% dari pengguna smartphone tersebut banyak mengunduh aplikasi permainan.
Hal tersebut membuktikan mengapa mobile games jauh lebih populer dibandingkan penggunaan personal computer. “Saya lihat orang menunggu di tempat supir, mereka sudah main games. Untuk Indonesia [pasarnya] gede. [Oleh sebab itu], kemudian banyak games di dunia berbahasa Indonesia karena pasarnya diperhitungkan,” katanya.
BUATAN LOKAL
Namun, tingginya peminat di Indonesia tidak menjamin game buatan lokal akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dia mengatakan kendala yang dihadapi para pengembang permainan lokal adalah belum maksimalnya pemasaran produk.
Selain itu, tidak banyak investor untuk berinvestasi di industri ini. “Hal ini membuat kenapa industri ini tidak maju di sini,” ungkapnya.
Meskipun minat games lokal belum semasif games buatan luar negeri, Enrico mengaku tidak gentar dengan hal tersebut. Dia justru merasa tertantang untuk mempromosikan mobile games buatan perusahaannya yakni Matata Corporation.
Sejak Juni lalu, Enrico dan dua mitranya yakni Irna Rasad, dan Gunawan Pramono merilis games dengan nama Eggwards Lab. Permainan ini diperkenalkan kepada pencinta permainan pada Juni setelah melewati proses pengembangan sejak setahun lalu.
Eggwards Lab merupakan game puzzle match-3 yang mengusung tema kue, Dessert, yang ditemani enam karakter berbentuk telur. Tema dan karakter ini membuat manajemen melirik segmentasi perempuan berusia usia 35-54 tahun untuk memainkannya.
Sejak dirilis tiga bulan lalu, game perdana produksi Matata Corporation berada di peringkat lima besar App Store di Malaysia, Belanda, Thailand, Singapura, Philipina, Macau, dan beberapa negara lainnya. Enrico menuturkan sebuah games dapat masuk dalam peringkat lima besar harus melampaui 5.000 pengunduhan per harinya.
Setelah produksi perdana ini, Matata Corporation akan mengembangkan game kedua yang lebih orisinil dan terhubung dengan Eggwards Lab.
“Tak adil jika pembeli game kami tak bisa memainkan game lainnya. Oleh karena itu kami membuat terhubung. Kami ingin membuat orang Indonesia bangga memainkan game lokal,” kata Enrico, yang belum lama ini berhasil mendapatkan dana dari Facebook untuk program FB Start-Up, fbstrat.com.