Bisnis.com, JAKARTA - Pasar Internet of Things (IoT) di Asia-Pasifik diproyeksikan bertambah dari 3,1 miliar menjadi 8,6 miliar perangkat. Pertambahan perangkat ini tentunya diikuti dengan pertambahan nilai dari US$250 miliar menjadi US$583 miliar pada periode 2015-2020.
Pasar IoT atau Machine to Machine (M2M) dinilai akan meningkatkan produktivitas perusahaan, serta memberikan solusi permasalahan kota besar menggunakan teknologi.
Berkaitan dengan isu masa depan bisnis Internet of Thing dan posisi Indonesia di peta pasar kawasan Asia Tenggara, Bisnis Indonesia mewawancarai Direktur Pelaksana Asia IOT Business Indonesia Zaf Coelho, beberapa waktu lalu. Berikut petikannya.
Menurut Anda, tren Internet of Things (IoT) yang tengah menjadi perhatian ini akan mengarah ke mana? Apakah akan membawa kota-kota menjadi smartcity?
Jika berbicara smartcity maka konsepnya akan luas. Kita harus melihat dalam industri yang membuat smart city. Ada beberapa faktor yang mendorong terbentuknya smartcity. Misalnya, peran pemerintahan dalam healthcare. Begitu juga perannya untuk utility dan transportasi. Jika faktor ini digabungkan, maka semua akan menjadi smartcity.
Setiap industri membuat IoT pada akhirnya bisa menjadi smartcity. Jadi jangan melihat smartcity hanya sebagai smartcity. Kita perlu melihat dalam industri yang semuanya tergabung menjadi konsep smartcity.
Banyak negara berbicara masalah smartcity, tetapi kebanyakan dari mereka tidak mengetahui bagaimana harus menjalankan konsep smartcity. Konsep kami memberitahu orang-orang dalam ekosistem IoT, bagaimana melihat atau berjalan ke IoT, harus melihat sektor healthcare, transportasi, bank dan finance.
Artinya, semua itu akan berjalan sukses dalam satu kesatuan yang namanya smartcity. Kalau business tidak berjalan bersama pemerintah, maka konsep smartcity tidak akan jadi.
Bagaimana pasar IoT di Indonesia?
Indonesia memiliki peluang yang sangat luas. Dan satu faktor yang paling bagus dari Indonesia adalah populasinya. Dari 250 juta penduduk, baru 20% yang menggunakan Internet.
Jadi kalau keseluruhan menggunakan Internet, potensinya menjadi massive. Sebab itu pemerintah harus menyadari peluang itu. Begitu juga dengan pemain asing di sektor IoT yang harus melihat potensi ini.
Dan sekarang orang-orang itu sudah memiliki handphone. Kebanyakan orang Indonesia yang tinggal di wilayah yang sulit untuk pergi ke bank, mereka tinggal menggunakan HP smartphone dan bisa mendapatkan fasilitas perbankan.
Salah satu manfaat IoT dan potensi yang besar juga karena potensi untuk meningkat konektivitas Internet. Dua fakta itu akan membuat Indonesia menjadi pasar yang potensial.
Bagaimana dengan isu keamanan seperti cyber security di Indonesia?
Seluruh negara sedang membenahi masalah ini. Jadi cyber security bukan perkara di Indonesia, tetapi juga masalah negara lainnya. Mereka juga masih mencari solusi yang bagus untuk itu.
Saya menyakini teknologi terus berkembang, berubah dan tetap membuat dirinya bisa digunakan dalam keadaan apapun sehingga permasalahan security bukan lagi menjadi masalah besar untuk menghalangi perkembangan pasar IoT.
Bagaimana posisi Indonesia di Asia Tenggara?
Kalau melihat peluangnya, Indonesia paling teratas karena faktor saya jelaskan sebelumnya. Banyak yang mulai melirik Indonesia karena potensi pengembangan pasar IoT. Kami melihat dan mulai membicarakan potensi Indonesia.
Namun, Singapura memimpin pasar IoT di Asia Tenggara. Intinya karena Singapura merupakan negara kecil dan tidak sulit untuk implementasi solusi-solusi. Dan pemerintah Singapura mendorong keras hal ini.
Tetapi melihat pemerintah Indonesia mulai mengarah ke IoT, begitu pula dengan operator telekomunikasi, ini cuma menjadi masalah waktu. Saya optimistis Indonesia bisa menjadi pemimpin pasar IoT di masa mendatang.
Sektor-sektor apa yang potensial untuk dimasuki IoT di Indonesia?
Saya lihat paling banyak potensi adalah utilities. Yang kedua, managemen transportasi mengingat Jakarta kemacetannya cukup parah.