Sinyal (Kedaulatan) Merah Putih di Perbatasan

Fatkhul Maskur
Rabu, 19 Agustus 2015 | 00:00 WIB
BTS 3G Telkomsel di Pulau Sebatik, Nunukan. /Bisnis.com
BTS 3G Telkomsel di Pulau Sebatik, Nunukan. /Bisnis.com
Bagikan

Bisnis.com, NUNUKAN - Kemarin, Senin (17/8/2015), Indonesia memperingati 70 tahun dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan. Ada bermacam cara orang perayaannya. Paling jamak adalah upacara bendera, dan menggelar lomba-lomba. Banyak pula yang tahlilan dan doa bersama.

Merdeka itu tidak saja terbebas dari penjajah dan kolonialisme. Proklamasi adalah pintu gerbang, yang mana kemerdekaan sejatinya harus diisi dengan pembangunan yang berkeadilan sehingga hasilnya bisa dinikmati oleh segenap bangsa Indonesia.

Pemerataan pembangunan di segala bidang adalah kuncinya. Ketika warga di satu wilayah mempunyai pilihan lengkap atas beragam fasilitas, sedangkan penduduk di wilayah lain hidup dengan keterbatasan akses, apakah itu kemerdekaan?

Di bidang informasi dan telekomunikasi, misalnya. Ketika masyarakat perkotaan sudah dimanjakan layanan broadband, sebagian penduduk lain di daerah perbatasan dan garis terluar wilayah Indonesia justru banyak yang tidak bisa memanfaatkan handphone karena ketiadaan sinyal.

Pulau Sebatik adalah salah satu contohnya. “Di sini ada pohon berbuah ponsel. Mereka gantung handpone-nya di pohon biar dapat sinyal. Kalau handphone berbunyi, baru orang itu memanjat pohon untuk terima panggilan,” kata Basri, Bupati Nunukan.

Pulau Sebatik berada di timur laut Kalimantan. Pulau paling timur Kabupaten Nunukan, ini berbatasan dengan Malaysia.  Sebatik adalah salah satu tempat pertempuran hebat antara pasukan Indonesia dan Malaysia saat terjadinya konfrontasi.

Hingga akhir tahun lalu, Telkomsel sebenarnya telah membangun 26 based transceiver (BTS) di Pulau ini. Namun, selain beberapa daerah masih blank, sinyal operator Malaysia kerap infiltrasi ke wilayah Indonesia ini. Bahkan sinyalnya lebih kuat, sehingga tidak jarang warga menjadi korban roaming.

“Lho, kok tiba-tiba habis pulsa. Saya baru isi pulsa Rp25.000 kok cepat sekali habis,” kata Abdurrahman, penduduk Pulau Sebatik, menceritakan pengalamannya. Korban roaming menjadi cerita yang kerap terjadi, meski belakangan ini semakin jarang.

Salah satu faktornya adalah karena sepanjang tahun ini Telkomsel menggeber pembangunan 10 BTS untuk menutup blank spot, sekaligus memperkuat sinyal Merah Putih. Dengan demikian, Telkomsel telah memiliki 36 BTS di Pulau Sebatik, yang 16 BTS di antaranya merupakan BTS 3G.

Tak hanya kuat di wilayah Indonesia, pembangunan BTS baru tersebut juga kemungkinan besar akan membuat daya jangkau sinyal Merah Putih masuk ke wilayah Malaysia secara kuat.

“Kami tidak berhenti di sini untuk menggelar jaringan dan terus menambah titik-titik layanan broadband di perbatasan dan pulau-pulau terdepan,” ujar Direktur Sales Telkomsel Mas’ud Khamid pada Peresmian Layanan Broadband Telkomsel di Wilayah Perbatasan Indonesia di Pulau Sebatik, Sabtu (15/8/2015).

Saat ini Telkomsel memiliki 480 BTS di wilayah terdepan Indonesia, di antaranya berbatasan dengan Papua Nugini (Merauke dan Jayapura), Australia (Pulau Rote), Timor Leste (Atambua), Filipina (Sangihe), Malaysia (Sebatik-Nunukan), Singapura (Batam), dan Vietnam (Kepulauan Natuna).

Dia mengatakan kehadiran BTS Tekomsel di wilayah-wilayah perbatasan amat penting mengingat lokasi tersebut secara geopolitik sangat strategis dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Terbukanya akses layanan data di daerah perbatasan diharapkan juga dapat membantu Tentara Nasional Indonesia (TNI), khususnya dalam menunjang berbagai kegiatan operasional tentara yang bertugas di garda terdepan dalam menjaga keutuhan negara.

“Di Sebatik, kami bangun BTS setiap 5 Km, karena daya jangkau satu BTS itu 5 Km. Kami tambah lagi kalau penggunanya bertambah, agar sinyal tetap kuat. Kami bangun BTS full capacity, jadi kalau ada kapal perang atau kapal dagang kita sudah siap,” ujarnya.

Di sisi lain, hadirnya BTS 3G di lokasi-lokasi perbatasan memungkinkan masyarakat setempat untuk menikmati layanan data juga diharapkan akan mampu mempercepat pertumbuhan perekonomian, membuka peluang usaha, bahkan lapangan kerja baru. 

BTS 3G di Sebatik menjadi gambaran komitmen Telkomsel memberikan layanan broadband, yang membuat tidak adanya lagi kesenjangan akses Internet antara masyarakat kota besar dan daerah perbatasan.

“Kini tak ada beda lagi akses Internet di Ibu Kota Jakarta dengan di sini. Sama cepat. Tinggal di-leverage,” kata Mas’ud.

Kehadiran layanan broadband hingga ke wilayah perbatasan negara juga diharapkan dapat mendorong laju ekonomi dan percepatan pembangunan daerah terdepan Indonesia, sejalan dengan visi pemerintah, yakni Indonesia Broadband Plan.

Direktur Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) Kementerian Kominfo Wayan Toni Supriyanto mengungkapkan pemerintah menyediakan subsidi pembangunan jaringan infrastruktur telekomunikasi di perbatasan. Ada dana Universal Service Obligation (USO) Rp8,8 Triliun.

Namun, operator selain Telkomsel masih ketinggalan membantun BTS di perbatasan, dan lebih memilih membangun di daerah yang menguntungkan secara bisnis. "Telkomsel adalah satu-satunya operator yang masih merah putih.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Rabu (19/8/2015)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper