Bisnis.com, JAKARTA -- Apa yang terjadi jika sebuah negara berjalan tanpa teknologi informasi? Kini teknologi menjadi salah satu penggerak di sektor industri. Pemerintah pun tak bisa lepas dari pemanfaatan teknologi untuk menjalankan perannya sebagai regulator. Bisa dikatakan elemen information and communication technologies (ICT) menjadi elemen substansial yang lekat dengan pergerakan sebuah negara.
ICT menjadi salah satu bahasan dalam World Economic Forum (WEF) 2015 di Indonesia belum lama ini. Pertemuan internasional menjadi wadah para pengusaha, pemerintah dan masyarakat untuk bertukar pikiran mengenai pembahasan berbagai sektor termasuk ekonomi, kesehatan, kebijakan publik dan teknologi informasi. Pembahasan ini menguatkan posisi teknologi informasi dalam keberlangsungan sebuah negara
Berdasarkan laporan The Global Information Technology Report 2015 yang dirilis WEF, ICT terbukti menjadi salah satu pendorong pembangunan di suatu negara. Peranan tersebut mengharuskan sektor ini terus bergerak dan bertransformasi. Transformasi yang dimaksud terkait pengembangan akses terhadap layanan dasar, meningkatkan konektivitas dan menciptakan kesempatan kerja.
Namun, transformasi tersebut memerlukan aksi dari semua pemangku kepentingan baik individu, pebisnis dan pemerintah. Tiga pelaku ini memiliki korelasi terhadap tingkat penetrasi teknologi informasi.
Di sisi lain, terjadi perubahan pola konsumen dalam pemanfaatan ponsel. Penggunaan internet mobile meningkat pesat di berbagai belahan dunia. Pengguna dihadapkan dengan banyaknya pilihan layanan mobile internet dan smartphone yang menawarkan fitur-fitur canggih.
Sayangnya, riset WEF menunjukkan setengah dari populasi dunia tidak memiliki ponsel dan 450 juta penduduk tinggal di luar jangkauan sinyal mobile. Selain itu, 90% populasi di negara yang berpenghasilan rendah masih belum terkoneksi satu sama lain. Pada akhirnya, revolusi penggunaan suara dan pesan singkat menuju koneksi berbasis internet berkecepatan tinggi masih belum bisa dilaksanakan sepenuhnya.
Managing Director WEF Espen Barth Eide mengutarakan empat pesan penting yang perlu diperhatikan oleh para pelaku dunia teknologi informasi dalam laporan ini. Pertama, revolusi teknologi informasi mendorong transformasi masyarakat dan ekonomi, selain itu dapat menghadapi tantangan global yang sering dihadapi banyak negara akhir-akhir ini.
Kedua, keberhasilan penerapan teknologi informasi di beberapa negara menunjukkan percepatan penyebaran broadband, demokratisasi teknologi dan percepatan laju inovasi.
Ketiga, revolusi teknologi informasi belum tercapai di sebagian besar negara. Masih banyak negara yang hingga sekarang belum terkoneksi. Di sisi lain, negara yang berhasil meningkatkan pemanfaatan teknologi informasi memiliki infrastruktur dan akses yang memadai. Dalam konteks ini, dibutuhkan kepemimpinan dan pandangan yang kritis dari pemerintah.
Keempat, riset WEF menyimpulkan pemanfaatan teknologi digital belum merata di semua negara. Negara maju sekalipun hanya segmentasi tertentu yang merasakan manfaat dari teknologi informasi. Masih banyak kalangan yang tertinggal karena terhambat masalah usia, melek digital terbatas, kurangnya akses dan lokasi terpencil.
Empat pesan tersebut menunjukkan banyaknya pekerjaan rumah di sektor teknologi informasi dunia saat ini. Perlunya kerjasama baik dari pemegang kekuasaan dan pelaku usaha untuk sama-sama merampungkan tugas tersebut. Tidak terkecuali Indonesia yang berdasarkan riset Networked Readiness Index (NRI) menempati rangking ke-79 dari 143 negara yang terdaftar. Riset ini membuktikan banyaknya pekerjaan rumah bagi pemangku kepentingan teknologi informasi di Indonesia.