Bisnis.com, JAKARTA - Pendatang baru infrastruktur storasi tervirtualisasi asal Amerika Serikat, SimpliVity Corporation, kini siap melakukan penetrasi ke pasar korporasi data center Indonesia bersama tiga mitra bisnis lokal.
Meski belum menetapkan target spesifik, perusahaan berpenetrasi ke pasar yang hampir matang dengan memboyong senjata infrastruktur hyperconvergenced khusus pusat data berbasis software-defined dengan sistematika x86, berjuluk OmniCube.
Vice President Asia Pacific SimpliVity Scott Morris menjelaskan OmniCube menyatukan keduabelas fungsi inti pusat data yang kini terpisah.
"Termasuk hypervisor, komputasi, storasi, switching jaringan, backup, replikasi, cloud gateway, caching, optimisasi WAN [wide-area network] hingga deduplikasi real-time," jelasnya yang ditemui Bisnis.com, Senin (9/2/2015).
Dia menjelaskan, daya guna perangkat mampu menekan TCO alias total cost of ownership menjadi minimal 300%. "Semisal salah satu klien Francis Drilling Fluids Ltd. [FDF] mampu saving 396% dari capex [biaya modal] sekaligus opex [biaya operasional] terakumulasi selama tiga tahun dari US$5,39 juta menjadi hanya US$1,36 juta."
Biaya modal yang dimaksud mencakup penyediaan server, switch storasi high-availability, caching storasi SSD (solid-state drive), optimisasi WAN, cloud gateway hingga perlengkapan backup dan proteksi data. Adapun, biaya operasional yang dapat dihemat melingkupi biaya perawatan, data center dan personnel.
"Bahkan dengan peranti virtualisasi data berukuran 263 terabyte [setara 2,63 juta gigabyte], storasi perusahaan yang diadopsi FDF hanya mencatat footprint sekitar 27,9 GB sehingga sisa storasi bisa digunakan untuk menulis data lainnya."
Menurut Morris, selain menekan TCO, OmniCube juga mampu mengurangi periode siklus tulis-menulis sekaligus meningkatkan produktivitas karyawan.
Berdasarkan pengamatan Bisnis secara langsung, siklus tulis-menulis data dalam skala terabyte baik dalam aktivitas back-up maupun memindahkan gelondong ke pusat data, hanya memakan periode tak lebih dari 60 detik. Sementara itu, penulisan data ke cloud sesederhana drag and drop tanpa gateway.
Secara global, perusahaan saat ini mengusung sekitar 400 pelanggan korporasi dengan pemakaian lebih dari 1.500 unit Omnicube.
"Biaya implementasi yang ditawarkan perusahaan bergantung pada kapasitas sekaligus skala korporasi. Namun, merunut pengalaman global, biaya implementasi hanya berkisar US$40.000-US$200.000," ucap Morris.