Bisnis.com, JAKARTA - Universitas Jember, Jawa Timur, mencoba mengembangkan rumah kaca pintar atau smart green house di sejumlah sekolah di berbagai daerah di Indonesia.
"Saat ini sudah ada tiga sekolah yang membangun smart green house, yakni SMK Negeri 5 Jember, SMK 1 Temanggung Jawa Tengah, dan SMK Bondowoso," kata Ketua Tim Smart Green House Universitas Jember, Prof Didik Sulistyanto di Kabupaten Jember, Jumat (30/1/2015).
Didik bersama penemu smart green house Bambang Marhaenanto juga mendapat sejumlah pesanan rumah kaca pintar di Sumatera Selatan dan beberapa pondok pesantren di Jember.
"Kami mendapat pesanan 10 smart green house dari Gubernur Sulawesi Selatan dan beberapa pondok pesantren di Jember mulai tertarik mengembangkan rumah kaca pintar itu," tuturnya.
Menurut dia, banyak manfaat yang didapat para siswa dengan smart green house tersebut yakni siswa bisa langsung praktek untuk penerapan hasil pembelajarannya dan banyak industri di luar negeri yang sudah menggunakan teknologi tersebut seperti Jepang dan Thailand.
"Lahan itu bisa ditanami berbagai jenis tanaman, yang pemeliharaan dan pengoperasiannya dikontrol dengan memanfaatkan teknologi informasi internet baik melalui handpone, ipad maupun laptop," paparnya.
Ia menjelaskan smart green house tidak lagi dioperasikan dan dikendalikan secara manual, namun otomatis bisa dilakukan dari jarak jauh, bahkan antarnegara karena disambungkan dengan jaringan internet.
"Green house itu di dalamnya dilengkapi dengan alat sensor, kipas angin, lampu, alat pemompa air, dan alat pemompa nutrisi (pupuk).Sejumlah peralatan itu bisa dioperasikan dari jarak jauh melalui alat komunikasi yang disambungkan dengan internet, seperti ponsel, iphone, laptop dan sebagainya," ucap peneliti dari Fakultas Pertanian Unej itu.
Suasana di green house bisa dikondisikan sedemikian rupa sehingga kemungkinan ada hama dan penyakit yang menyerang tanaman karena pengaruh suhu dan kelembaban yang berubah-ubah bisa diminimalisir.
"Hasil produksi tanaman yang ditanam di green house bisa dua kali lebih banyak daripada tanaman yang diperlakukan secara manual karena waktu memberi pupuk atau mengairi sudah dilakukan otomatis, juga kebutuhan cahaya dan kelembaban udara," katanya.