MUSIM KAMPANYE, Banyak Orang Putus Pertemanan di Jejaring Sosial

Thomas Mola
Sabtu, 5 Juli 2014 | 00:00 WIB
Kampanye di media sosial yang serampangan berpotensi kontraproduktif terhadap citra kandidat bersangkutan./bisnis.com
Kampanye di media sosial yang serampangan berpotensi kontraproduktif terhadap citra kandidat bersangkutan./bisnis.com
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kampanye jelang Pemilu menyajikan fakta menarik khususnya untuk pertemanan di jejaring sosial. Ajang kampanye ternyata mendorong tak sedikit orang mencabut perkawanan di media sosial lantaran terganggu dengan pandangan politik kawannya yang bertentangan.

Prapanca Research dalam pantauan terbarunya terhadap jejaring sosial menemukan terjadi peningkatan perbincangan unfriend. Peningkatan perbincangan itu diasumsikan menunjukkan adanya peningkatan jumlah pencabutan perkawanan

 "Kami tidak memperoleh jumlah pasti unfriend. Namun, ada peningkatan perbincangan tentang unfriend yang signifikan jelang pemilu ini," ujar Adi Ahdiat, peneliti PR dalam siaran pers yang diterima Bisnis.com, Jumat (4/7/2014).

Pantauan Prapanca Research selama periode 4 Juni-4 Juli 2014 menemukan perbincangan unfriend, unfollow, block, dan unshare seputar pemilu meningkat sampai sekitar 3.513 di Twitter dari yang sebelum pilpres tidak ada sama sekali.

Salah satunya adalah dari akun @imasnuriah "Wadooow kacau baca twit pada saling hina gegara pemilu. Wajib unfollow yang bahasanya kasar."

Adi menjelaskan tren lain yang juga berkembang adalah unfollow atau unfriend sementara. Setelah pemilu, akun-akun berkenaan menyampaikan akan berkawan lagi dengan akun yang mereka blokir.

"Udah deket mau pemilu makin banyak aja yang kampanye hitam. Unfollow dulu aja deh ya, nanti abis pemilu baru di follow lagi," ungkap akun @hadi_siders.

Dia menjelaskan kampanye di media sosial yang serampangan berpotensi kontraproduktif terhadap citra kandidat bersangkutan.

"Kita sering dengar kandidat yang bisa kuasai suara di media sosial akan kuasai suara riil. Tapi pandangan ini keliru. Sia-sia saja kalau orang-orang malah dijejali dengan kampanye serba melebih-lebihkan atau fitnah tak berdasar yang menimbulkan antipati," imbuh Adi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Thomas Mola
Editor : Fatkhul Maskur
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper