Bisnis.com, JAKARTA - Industri satelit nasional dikhawatirkan akan menderita kerugian dengan pencabutan lisensi PT.Indosat Tbk atas slot 150,5 bujur timur (BT).
Ketua Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI), Dani Indra Widjanarko mengatakan kebutuhan transponder di Tanah Air saat ini mencapai 230, sedangkan yang bisa disediakan satelit dalam negeri hanya 110 transponder.
Jika lisensi slot 150,5 BT akhirnya diberikan kepada Bank Rakyat Indonesia (BRI), pasokan transponder akan berkurang. Pasalnya, dengan izin telekomunikasi khusus, bank pelat merah ini hanya bisa menggunakan transponder untuk kebutuhan internal.
“Sementara kalau mereka [BRI] menyewakan transponder, itu melanggar aturan,” ujarnya.
Dani menilai dasar pencabutan lisensi ini juga tidak kuat, karena tidak ada aturan yang dilanggar oleh Indosat. Asosiasi masih mempelajari persoalan ini sebelum mengambil tindakan.
Group Head Satelit Indosat Antonius Ardian Bermana mengatakan meski dipastikan kehilangan lisensi slot satelit, pihaknya optimis lini bisnis satelit perusahaan akan berjalan normal.
Pasalnya, satelit Palapa C2 yang beredar di orbit itu hanya digunakan untuk keperluan internal. Sementara itu, untuk keperluan komersial Indosat mengandalkan satelit Palapa D yang menempati orbit 113 derajat BT.
Tahun lalu, lini bisnis ini berkontribusi sekitar 1% atau Rp238 miliar terhadap total pendapatan perusahaan yang mencapai Rp23,8 triliun.