Dahlan Iskan: Smartphone Inti Bisa Bersaing dengan Samsung

News Editor
Selasa, 17 September 2013 | 11:59 WIB
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri BUMN Dahlan Iskan meyakini Indonesia bisa memproduksi telepon seluler sekelas Samsung, asalkan pemerintah mampu membuat kebijakan perpajakan yang berpihak kepada industri dalam negeri.

"Sangat bisa bersaing. Kita punya PT.Inti (persero) yang sudah mampu memproduksi sendiri ponsel pintar, tapi selama ini sulit dikembangkan karena soal perpajakan," kata Dahlan, usai membuka seminar international bertajuk "How Much is Your Brand Worth?" di Jakarta, hari ini (17/9/2013).

Menurut Dahlan, selama ini salah satu masalah yang dihadapi perusahaan dalam negeri adalah perpajakan.

"Pengenaan pajak bagi industri seringkali malah mempersulit perusahaan untuk bertahan apalagi mengembangkan usaha. Kita prihatin bahwa beberapa bidang industri terkendala pajak".

Dia mencontohkan, pemerintah sedang mewacanakan pengenaan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) terhadap ponsel pintar, dengan alasan hampir 70 juta smartphone ilegal beredar di Tanah Air.

Menurut mantan Direktur Utama PT.PLN ini, maraknya impor ponsel ilegal tingginya permintaan dalam negeri.

Bagi pengusaha lebih efisien melakukan impor mulai dari perangkat ponsel hingga bungkusnya, daripada memproduksi sendiri di dalam negeri karena tidak bisa bersaing akibat tidak efisien lagi jika dikenai pajak.

Tidak hanya terhadap industri teknologi informasi, paparnya, hampir semua industri seperti perusahaan permesinan PT.Boma Bisma Indra (Persero) juga tekendala soal pajak impor.

"Akibatnya, impor produk yang tidak terkontrol terutama pada barang-barang dalam ukuran kecil seperti ponsel memicu tingginya barang selundupan yang masuk ke dalam negeri".

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengusulkan agar wacana pemberlakuan PPnBM kepada produk ponsel pintar (smartphone) dikaji ulang.

PPnBM untuk produk smartphone dinilai Gita, justru akan memicu lonjakan produk ilegal atau selundupan di pasar dalam negeri.

Untuk menahan laju importasi telepon seluler tersebut, Gita mengusulkan opsi lain yaitu menggunakan pendekatan IMEI (International Mobile Equipment Identity).

Berdasarkan laporan operator seluler, pendekatan IMEI butuh waktu karena tidak bisa serta-merta jaringan komunikasi ponsel ilegal tersebut langsung diputus seketika.

"Masyarakat banyak yang punya ponsel lebih dari dua unit. Kalau tiba-tiba koneksinya diputus hanya karena diketahui menggunakan ponsel selundupan bisa terkaget-kaget. Jadi butuh semacam transisi dari sudut IMEI," ujarnya.(antara/yus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : News Editor
Editor : Yusran Yunus
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper